KABARMADURA.ID | SAMPANG–Kabupaten Sampang tidak pernah absen setiap tahun sebagai penerima banjir. Penyebabnya kompleks, mulai dari tingginya intensitas hujan, buruknya kondisi saluran, hingga sampah. Sebab itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) memberi atensi khusus.
Salah satu bentuk atensinya, dengan memberikan bantuan alat deteksi dini bencana banjir atau early warning system (EWS). Alat itu berfungsi untuk mengetahui ketinggian air sungai di hulu. Tidak tanggung, Pemprov Jatim memberikan bantuan alat tersebut sebanyak dua unit.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang Asroni menuturkan, dua alat tersebut diberikan Pemprov Jatim pada tahun 2020. Awalnya ditempatkan di Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung dan Desa Banyumas, Kecamatan Sampang.
Namun, pada awal tahun lalu, aki EWS di Desa Banyumas dan dicuri maling. Kemudian aki diganti. Namun demi keamanan, EWS dipindah ke Desa Moktesareh, Kecamatan Kedungdung. Setelah satu bulan dipindah, beberapa peralatan kembali hilang. Sampai saat ini alat itu tidak berfungsi.
Sementara EWS di Desa Daleman mengalami kerusakan dan juga tidak berfungsi. Akhirnya, setelah dua kali kemalingan dan satunya mengalami kerusakan, kedua alat tersebut tidak dapat dioperasikan. Sehingga, pengukuran ketinggian air sungai di hulu harus dilakukan secara manual.
“Setelah dua kali dicuri maling alat itu sekarang tidak berfungsi. Yang satunya memang suka rewel,” ungkap Asroni, Senin (5/12/2022).
Padahal, kata Asroni, EWS sangat dibutuhkan untuk mengetahui ketinggian air sungai di hulu. Dengan EWS, dapat terdeteksi ketinggian air sungai menggunakan komputer. Kemudian data informasi itu ditransfer ke smartphone. Kini pengukuran dilakukan manual dengan meteran.
Lokasi EWS di Sungai Kemuning, Desa Daleman dinilai strategis. Sebab, sungai itu merupakan titik pertemuan tiga sungai. Sementara, BPBD Sampang belum berencana melakukan pengadaan EWS. Sebab, harganya tinggi dan keterbatasan anggaran.
Reporter: Ali Wafa
Redaktur: Wawan A. Husna