KABARMADURA.ID | PAMEKASAN,SUMENEP-Sebagai bentuk antisipasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan belum mencabut status kejadian luar biasa (KLB) campak. Di beberapa wilayah layanan pusat layanan kesehatan (puskesmas), tercatat selama 2022 terdapat 104 anak yang suspek campak.
Sedangkan di Sumenep, nyaris semua kecamatan terdapat suspek campak. Kendati demikian, pihak Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes dan KB) Sumenep masih menganggap wajar. Lantaran jumlahnya tidak terlalu signifikan, belum dinilai sebagai KLB.
Menurut Kepala Dinkes Pamekasan dr. Saifuddin melalui Kepada Bidang (Kabid) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Hidayat, status KLB campak di Pamekasan hanya untuk dari enam wilayah cakupan layanan puskesmas.
Terdapat 21 wilayah yang masuk cakupan layanan enam puskesmas tersebut. Sedangkan enam puskesmas tersebut antara lain, Puskesmas Palengaan, Puskesmas Pegantenan, Puskesmas Panaguan, Puskesmas Batumarmar, Puskesmas Tampojung Pregih, dan Puskesmas Bulangan Haji.
“Status KLB campak belum dicabut, karena terjadi penambahan-penambahan walaupun sudah berkurang,” paparnya, Selasa (3/1/2023).
Antisipasi dalam menekan campak telah dimasifkan vaksinasi campak di 21 puskesmas.
“Yang terkena penyakit campak rata-rata di bawah umur 5 tahun, yang terkena campak itu setelah dilakukan screening memang semuanya tidak divaksin campak,” urainya.
Status KLB diterapkan mulai awal November 2022. Hingga Januari 2023 tetap berlanjut. Jumlah suspek campak yang diperiksa sebanyak 104 anak, 78 di antaranya positif. Dari jumlah tersebut, terdapat dua orang yang berasal dari Kabupaten Sampang tetapi dirawat di Puskesmas Palengaan, 1 anak negatif campak, 1 anak lainnya positif campak.
Meski begitu, semua sudah tertangani dan dinyatakan sembuh. Dari 78 anak suspek campak, secara umum dirawat di rumah masing-masing setelah diperiksa di puskesmas, kecuali terdapat satu orang yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Slamet Martodirdjo (SMart) sekitar sepekan tetapi sudah sembuh.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes dan KB Sumenep Kusmawati mengatakan, kasus campak hampir terdeteksi di setiap puskesmas di Sumenep.
“Kasus campak ada, tetapi tidak ke level KLB. Artinya penyakit campak itu masih bisa diatasi sejauh ini,” kata prempuan yang biasa dipanggil Kus itu, Selasa (3/1/2022).
Di tahun 2022 ini, dari total 102 yang dijadikan sampel, yang dinyatakan positif campak ada sebanyak 54 anak. Kasus itu menyebar di setiap wilayah, namun didominasi dari Kecamatan Pragaan dengan total 8 penderita.
Jumlah yang dinyatakan positif tersebut lantaran memang tidak pernah tersentuh program imunisasi campak dan rubella pada anak usia 9 hingga 59 bulan. Sebab mereka lahir pada masa wabah Covid-19 atau sekitar satu setengah tahun yang lalu.
“Karena pada sekitar tahun 2021 itu dari sekitar 13.500 anak namun yang diimunisasi sekitar 60 persen saja. Sehingga yang terdeteksi tahun 2022 ini tidak pernah divaksin,” imbuhnya.
Di tahun 2022 ini, dia memastikan, capaian imunisasi campak sudah maksimal. Dari jumlah anak tersebut sudah dilakukan vaksinasi susulan yakni disebut dengan outbreak respon immunization (ORI).
“Itu yang di tahun 2021, kalau yang tahun ini kan sudah selesai semua, masyarakat tidak terganggu Covid-19, sehingga realisasinya maksimal,” pungkasnya.
KONDISI KASUS CAMPAK PAMEKASAN DAN SUMENEP
PAMEKASAN
- Terdapat 104 anak yang suspek campak
- 78 di antaranya positif
- Meski begitu, semua sudah tertangani dan dinyatakan sembuh
- Secara umum dirawat di rumah masing-masing setelah diperiksa di puskesmas
- Satu orang sempat dirawat di RSUD SMart sekitar sepekan
PUSKESMAS BERSTATUS KLB CAMPAK
Puskesmas Palengaan : 28 kasus
Puskesmas Pegantenan : 3 kasus
Puskesmas Panaguan : 7 kasus
Puskesmas Batumarmar : 4 kasus
Puskesmas Tampojung Pregih: 5 kasus
Puskesmas Bulangan Haji : 1 kasus
SUMENEP
- 102 anak suspek campak dijadikan sampel
- 54 anak dinyatakan positif campak
- Kasus itu menyebar di setiap wilayah
- Didominasi dari Kecamatan Pragaan dengan total 8 penderita
- Yang dinyatakan positif lantaran tidak diimunisasi
- Imunisasi yang dibutuhkan adalah vaksin campak dan rubella pada anak usia 9 hingga 59 bulan
- Mereka lahir pada masa wabah Covid-19
- Tahun 2021 terdapat 13.500 anak diimuniasi (60 persen)
Pewarta: Moh. Rozin, Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Wawan A. Husna