Pedagang Aksesoris Rumah Asal Bojonegoro Coba Peruntungan di Alun-alun Sampang

News114 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | Keberadaan Alun-Alun Trunojoyo benar-benar menjadi magnet bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Muhammad Makruf (58) salah satunya. Dia datang dari Bojonegoro untuk berjualan di Sampang. Tepatnya di sekitar alun-alun baru.

ALI WAFA, SAMPANG

Berbakti
Kharisma 2

Makruf datang ke Sampang bersama istrinya. Dia membawa beragam aksesoris rumah. Mulai dari lemari, lampu tiang, asbak, kursi dan meja, hingga patung kayu. Dia membuat sendiri. Kemudian dibawa ke Madura. Dia ingin produknya memiliki pangsa pasar yang luas.

Saat itu, Makruf mendapat informasi, bahwa aksesoris rumah seperti dagangannya belum begitu banyak di Madura. Sehingga, Madura menjadi lokasi potensial untuk berjualan. Mendengar informasi itu, dia bergegas ke Madura. Bangkalan menjadi lokasi pertamanya.

Baca Juga:  4 Hari, Rumah ADM Dispendukcapil Pamekasan Tidak Berfungsi

Selang setengah bulan, Makruf mendengar kabar: bahwa di Sampang ada sesuatu yang baru, yaitu alun-alun. Tanpa menunggu lama, insting bisnisnya berkeliaran. Dia pun langsung menangkap sebuah peluang. Bersama istrinya, dia langsung bergegas ke Sampang.

“Alhamdulillah di sini dagangan saya laku. Saya masih mau coba ke kabupaten lain di Madura. Semua ingin saya jajaki,” ucapnya, Senin (30/1/2023).

Di Bojonegoro, usahanya cukup dikenal luas di Jawa Timur. Usaha itu mulai digelutinya sejak tahun 1990. Kala itu, dia memahat kayu jati dengan alat seadanya. Bahkan Makruf menyebut, dirinya adalah orang pertama di Bojonegoro yang membuka usaha aksesoris rumah dari kayu.

Dia sudah memiliki pangsa pasar di beberapa daerah di Jawa Timur. Hanya di Madura saja yang belum ada. Namun usahanya itu telah membawa banyak perubahan dalam hidupnya, terutama terhadap keluarga. Omzet setiap bulannya bisa mencapai Rp200 juta setiap bulan.

Baca Juga:  Tegaskan PKL Tetap di Alun-Alun, Bupati Sampang Disebut Pemimpin Peduli PKL

Dulu, dia mengrajin sendiri dagangannya. Kini, dia dibantu oleh beberapa karyawan. Bahkan, sebelumnya mewabahnya Covid-19, karyawan di rumahnya mencapai 25 orang. Namun pascawabah, karyawannya tinggal 9 orang akibat jumlah pesanan tidak sebanyak sebelumnya.

Semua aksesoris buatannya berbahan kayu jati. Mulai dari tempat botol air mineral, rak sudut, pahatan kaligrafi, hingga kursi dan meja. Harganya bervariatif. Mulai dari Rp100 ribu, hingga jutaan rupiah. Selama ini, kunci suksesnya cukup sederhana: yaitu sabar dan jujur.

“Kalau janji pesanan selesai besok, maka bagaimana pun caranya besok harus selesai. Makanya harus jujur dan disiplin,” pungkas ayah dua anak itu.

Redaktur: Moh Hasanuddin

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *