Pelaku Pencemaran Sungai hingga Jadi Merah Diprediksi Sulit Ditemukan

News, Headline192 views

KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Perubahan warna air sungai yang mengalir dari Kecamatan Proppo hingga Kota Pamekasan sempat mengejutkan masyarakat. Namun setelah ditelusuri petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pamekasan, sungai yang mengalir dari Desa Klampar itu dicemari limbah. Dugaan sementara, limbah itu adalah pewarna batik.

Kendati sudah ada dugaan musababnya, Kepala DLH Pamekasan Supriyanto menyatakan akan tetap menindaklanjuti. Pihaknya sudah mengambil sampel air yang tercemar untuk diuji lebih lanjut di laboratorium. Namun, laboratorium yang mampu meneliti lebih dalam berada di Sumenep, sehingga sampel akan dibawa ke Sumenep. 

“Kami sudah sudah mengambil sampel lab, saat ini masih proses di laboratorium di Sumenep,” paparnya, Senin (10/7/2023).

Supriyanto memperkirakan, hasil lab akan diketahui sekitar 2 sampai 3 hari lagi. Untuk sementara, dia mengimbau masyarakat yang berada di aliran sungai tercemar itu untuk tidak menggunakan air tersebut, karena dikhawatirkan mengandung zat kimia yang berbahaya.

“Jadi menunggu hasil labnya, saya tidak punya kewenangan dan tidak bisa memberikan informasi tanpa uji lab, tapi untuk sementara ikan yang berada di aliran sungai masih hidup,” ujarnya.

Mengenai pelakunya, DLH Pamekasan juga sedang menelusuri agar bisa segera diidentifikasi. Namun dia menduga akan menemui kesulitan menemukan siapa saja pelakunya. Alasannya, terlalu banyak pengrajin batik di Desa Klampar. Terlebih, di desa tersebut merupakan salah satu sentra batik terbesar di Madura.

Baca Juga:  Ahmad Nawardi: Madura Sulit Sejahtera jika Tidak Jadi Provinsi

“Nah tentang siapa pelakunya, kami agak kesulitan mencarinya, karena di Desa Klampar merupakan sentra pengrajin batik,” imbuhnya.

Sebelumnya, terdapat satu tim dari DLH Pamekasan yang melakukan pengecekan  ke Desa Klampar secara langsung. Tim tersebut didampingi oleh pihak TNI Polri. Dari pemeriksaan itu, tim berani menyimpulkan bahwa warna merah yang mencemari aliran sungai itu berasal dari limbah pewarna batik. 

Sementara itu,  Kepala Desa (Kades) Klampar H. Badrus Saleh saat dikonfirmasi Kabar Madura mengaku juga tidak mengetahui penyebab pasti pencemaran aliran sungai yang berhulu dari desanya itu. 

Kendati demikian, Badrus juga merasa harus bertanggung jawab dengan akan  mengidentifikasi secara langsung pada Selasa (11/7/2023). Karena saat kejadian, dia berada di luar kota.

“Saya masih belum tahu secara pasti kejadiannya, saya masih dalam perjalanan pulang,” paparnya saat dikonfirmasi Kabar Madura melalui telepon seluler.

Mengenai penyelidikan yang dilakukan polisi, sayangnya belum bisa dikonfirmasi lebih lanjut. Humas Polres Pamekasan IPTU Sri Sugiarto tidak menjawab saat dihubungi melalui saluran telepon ke nomor pribadinya.

Baca Juga:  DLH Pamekasan Akan Revitalisasi Area Monumen Arek Lancor

Kondisi tersebut menurut aktivis lingkungan, Endang Triwahyurini, penyebabnya bisa di beberapa faktor. 

Untuk status tercemar dan tidaknya, kata Endang, dapat dideteksi melalui beberapa hal,  yakni jika terjadi perubahan rasa, warna, dan berbau. Kondisi sungai itu sudah memenuhi salah satu syarat disebut tercemar, yakni terjadi perubahan warna.

“Jadi, perubahan warna air bisa berubah menjadi warna merah, coklat, hijau, atau kekuningan, biasanya karena ada penambahan zat dalam lingkungan tersebut,” katanya.

Terjadinya perubahan warna, rasa, dan aroma itu bisa terjadi karena terdapat residu atau endapan atau ditemukan zat-zat berlarut. Selain itu, pencemaran dan tidaknya juga bisa dideteksi bagaimana pH-nya. Jika di bawah 7, kondisi asam. Itu dapat dipastikan bahwa air itu tercemar.

Dosen Prodi Agrobisnis Perikanan Fakultas Pertanian UIM Pamekasan itu juga menguraikan, bisa jadi dari suhu air. Suhu air yang normal yaitu di bawah suhu lingkungan. Tetapi apabila ini berbeda, maka air itu terindikasi tercemar.

“Selanjutnya, akibat keberadaan mikroorganisme yang berlebih. Ini menjadi beberapa indikator untuk kita bisa melihat adanya air itu tercemar atau tidak,” terangnya.

Pewarta: Khoyrul Umam Syarif 

Redaktur: Wawan A. Husna

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *