KM.ID I PAMEKASAN — Warga Pamekasan digegerkan aksi nekat seorang siswa SMA Negeri kota setempat, berinisial J, yang naik ke atas genting sekolahnya, Rabu (19/10/2022) pagi.
Wakil Kepala (Waka) Bidang Humas SMA Negeri tersebut, berinisial H, menjelaskan, bahwa kejadian bermula saat siswa berinisial J itu pamit keluar kelas kepada gurunya untuk buang air kecil ke toilet.
Di sela-sela itu, J mampir ke ruang Bimbingan Konseling (BK). “Saya tidak tahu kepentingannya ke ruang BK, sebab saya juga masih di kelas,” ungkapnya saat diwawancarai KM.ID, Rabu (19/10/2022) siang.
Setelah itu, lanjut H, J tiba-tiba merasa tidak sadar dan merasa dituntun oleh seseorang ke atas genting sekolah dan merasa dikelilingi oleh banyak macan putih.
“Siswa kami ini baru sadar ketika sampai di atas genting,” sambung H.
Terlepas dari hal itu, H menyebut bahwa J bulan lalu mengalami kecelakaan hebat. Akibat hal itu, perilaku J, sebelum dan sesudahnya, berbeda.
“Katanya sering didatangi mbah buyutnya ketika tidur dan sadar,” sebutnya.
Sementara terkait isu perampasan handphone dari tangan J, pihak sekolah membantah. H menyampaikan bahwa tidak ada perampasan handphone di sekolah yang kemudian menyebabkan J melakukan hal nekat.
Dia menyebut, aksi nekat J kemungkinan berkaitan dengan efek kecelakaan hebat yang dialami siswa tersebut. “Saya humas di sekolah ini, saya tegaskan tidak ada perampasan handphone di sini,” pungkasnya.
J Mengaku Handphonenya Dirampas Guru di Kelas
Sementara menurut pengakuan J, kejadian itu berawal dari perampasan handphone yang dia pinjam dari temannya untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR).
Rabu (19/10/2022) pagi itu, jam pelajaran Bahasa Madura. Dia meminjam handphone temannya untuk mengerjakan PR di kelas. J mengaku memakai handphone sebab buku tugasnya ketinggalan di rumah.
“Saya pinjam handphone teman karena tidak punya paket data. Awalnya hanya numpang wifi teman, namun teman saya menyarankan untuk menggunakan handpone-nya saja,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/10/2022) sekitar pukul 20.00 WIB.
Setelah dirampas, J dan dua orang temannya, yang sama-sama dirampas handphone-nya, dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling (BK).
Di ruang BK, J memohon agar handphone temannya dikembalikan. Sebab merasa tidak enak kepada temannya itu. “Andai kata handphone itu milik saya, tidak masalah,” jelasnya.
Permohonan J tidak dikabulkan. J pun kembali ke ruang BK untuk kedua kalinya. Agar handphone itu dikembalikan. Namun guru BK tetap menolak memberikannya meskipun sudah dibujuk.
“Saya tidak marah atau kesal ke beliau, tapi cuma nggak enak ke teman saya yang punya handphone tersebut,” bebernya.
Karena tidak membuahkan hasil, J pun keluar dari ruang BK. Saat itulah, dia naik ke atas genting.
Kepada KM.ID dia mengatakan, dia naik ke bubung sekolah dalam keadaan setengah sadar, dan sudah berupaya untuk menolak kemauan tubuhnya yang seolah-olah bergerak sendiri, namun dia tidak mampu.
“Saya baru sadar ketika sudah di atas genting, setelah merasa ada macan putih mengelilingi dan memegang pundak,” terangnya.
Keluarga Bantah Tudingan Sekolah tentang J yang Berbeda Perilaku
Selain membantah soal tidak adanya perampasan handphone yang dikemukakan pihak sekolah, keluarga J juga membantah soal tudingan bahwa J memiliki kelainan perilaku pascakecelakaan.
Ayah J, menjelaskan, bahwa anaknya tidak mengalami gegar otak atau perubahan sikap pascakecelakaan beberapa waktu lalu.
“Saya sudah cek beberapa kali ke dokter untuk memastikan, apakah J mengalami gegar otak atau penyakit lain, namun memang hasilnya nihil penyakit atau kelainan,” paparnya.
Namun, kata pria berinisial S itu, anaknya memang mempunyai kepribadian yang sensitif. Saat tertimpa masalah, J akan memikirkannya sampai menemukan solusi.
“Dia tidak enak hati kepada temannya, sebab handphone-nya, kan, pinjam, jadi dia sampai kepikiran,” pungkasnya.
Reporter: M. Arif
Redaktur: Ongky Arista UA