KABARMADURA.ID | SUMENEP-Badan usaha milik desa berbasis masyarakat (BUMDesma) di Sumenep disebut belum memaksimalkan potensi desa. Bahkan hanya fokus mengembangkan kegiatan simpan pinjam saja.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sumenep Fadholi mengakui hal itu. Dia juga bahwa sejauh ini tidak dilakukan pendampingan secara intensif.
Apalagi dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Sumenep maupun dari dana pusat masih belum disediakan. Sehingga pembinaan tidak menyeluruh.
Dia menyebut, sekitar 60 desa yang bakal mendapatkan pendampingan pada tahun ini. Desa-desa itu hanya bakal didampingi untuk meningkatkan potensi yang ada. Sebab, yang menjadi sasaran atau yang diajukan adalah yang memang aktif meningkatkan potensi selama ini.
Dari 60 desa itu, 50 desa bakal didampingi dengan bekerja sama Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan 10 desa bakal didampingi oleh lembaga masyarakat seperti Lakpesdam Sumenep.
“Untuk pengembangan potensi bisnis BUMDesma ternyata masih fokus pada simpan pinjam, belum ada yang dikelola secara bersama-sama sektor yang lainnya,” paparnya.
Kendati seperti itu, dia berharap desa-desa secara mandiri tanpa harus didampingi selalu mempunyai cara untuk mengembangkan ekonomi desa, misalnya ada wisata yang bisa dikelola bersama-sama oleh beberapa desa.
Anggota Komisi l DPRD Kabupaten Sumenep Suroyo mengatakan, persoalan BUMDesma masih terkesan monoton. Meski memang ada beberapa desa yang sudah mengembangkan destinasi wisata.
“Tetapi itu bukan berbasis BUMDESMA, tetapi dikembangkan secara mandiri oleh desa. Misalnya seperti desa wisata di Lobuk Kecamatan Bluto, wisata kolam di Kecamatan Pragaan, itu kan tidak dikelola berbasis potensi wilayah kecamatan,” kata dia.
Maka sebaiknya, kata politisi Partai Gerindra itu, harus ada arahan dari pemerintah daerah untuk pengembangan potensi-potensi, baik di sektor pertanian, perindustrian dan perkebunan. Misalnya pengembangan potensi industri garam dan sebagainya.
“Dulu sempat ada wacana pengembangan hasil bawang merah di Kecamatan Rubaru, tetapi hingga saat ini wacana itu masih nihil progres. Tidak ada misalnya berbentuk kemasan, juga dulu ada kawasan penanaman pisang di perbatasan, atau pintu masuk Sumenep lewat sisi selatan. Tetapi hingga hari ini rencana pembentukan desa kawasan masih fokus pada simpan pinjam saja, rencana-rencana yang dulu itu ternyata tidak ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Pewarta: Moh.Razin
Redaktur: Wawan A. Husna