KABARMADURA.ID | Menjadi aktivis adalah sebuah pilihan. Dan itulah yang dipilih oleh Wasilah. Saat ini, dia menjabat sebagai ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (Kopri) Cabang Sampang. Sebagai aktivis perempuan, dia sangat getol dalam memperjuangkan hak perempuan.
ALI WAFA, SAMPANG
Wasilah kini berusia 25 tahun. Dia lahir pada tanggal 1 November 1998. Dia bersyukur karena dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang optimistis dan memiliki keinginan besar untuk terus menjadi yang terbaik. Karena itu, dia terdorong untuk terus menempuh pendidikan tinggi.
Sejak kuliah di Institut Agama Islam Nazhatut Tullab (IAI Nata) Sampang, dia memutuskan untuk aktif berorganisasi. Dia bergabung dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Di organisasi berlambang perisai itulah dia menempa diri dan membentuk karakter.
“Menjadi aktivis itu pilihan. Saya memilih untuk terlibat aktif mengawal perjalanan demokrasi hingga kesejahteraan dan keadilan sosial benar-benar tercapai,” tegasnya.
Putri kedua dari tiga bersaudara itu telah banyak berkontribusi selama berkiprah di PMII, terutama di lembaga Kopri. Dia mendorong seluruh aktivis perempuan untuk terus konsisten meningkatkan kompetensi diri di berbagai bidang, mulai dari pengetahuan hingga keterampilan.
Tidak hanya itu, Wasilah juga sangat getol dalam memperjuangkan hak-hak wanita. Dia sangat geram ketika mendengar terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan. Karena itulah dia aktif mengadvokasi setiap perempuan yang membutuhkan perlindungan.
“Itulah sebabnya, kualitas perempuan di Sampang ini harus terus meningkat. Kita buktikan bahwa perempuan tidak lemah dan juga bisa aktif di ruang publik,” tandas perempuan yang kini menempuh pendidikan pascasarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura itu.
Di IAI Nata, Wasilah mengambil jurusan Ekonomi Syariah. Cita-citanya, dulu ingin menjadi seorang pengusaha. Tokoh inspiratifnya di bidang wirausaha yaitu Siti Khadijah, istri Rasulullah. Namun sejak dia aktif berorganisasi dan menjadi aktivis, dia tertarik untuk masuk ke dunia politik.
Dia ingin terlibat lebih jauh dalam setiap upaya peningkatan kesejahteraan sosial. Keinginannya dipicu oleh kondisi sosial yang kerap ia lihat di lapangan. Bahwa masih banyak ketimpangan sosial yang memerlukan perjuangan dari politisi yang berhati nurani.
“Tokoh inspiratif saya kalau di bidang politik yaitu Bunda Khofifah Indar Parawansa,” tutupnya sembari mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan gubernur Jawa Timur itu.