KABARMADURA.ID | SUMENEP-Sudah lima tahun petani rumput laut di Desa Kapedi, Kecamatan Bluto, Sumenep menghentikan aktivitas menanam. Selain karena bantuan dan pembinaan pemerintah tidak rutin, juga malas karena cenderung merugi.
Kondisi tersebut membuat anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep Holik menjadi prihatin. Sebab, selama ini masyarakat petani rumput laut ternyata kurang perhatian. Padahal, rumput laut sebagai penghasilan masyarakat dekat laut.
“Kami harap pemangku kebijakan untuk melindungi kepentingan para petani rumput laut. Perlu diseriusi, utamanya dinas terkait,” katanya, Minggu (12/2/2023).
Seperti masalah pengawasan harga jual dan pembinaan kualitas rumput laut agar memenuhi kualitas ekspor ke luar negeri serta lainnya.
“Jadi Pemkab Sumenep perlu adanya pembemahan dalam hal menyejahterakan petani rumput laut,” ucap legislator asal daerah pemilihan (dapil) Sumenep II (Bluto, Saronggi, Lenteng, Giligenting) tersebut.
Menurutnya, Pemkab Sumenep kurang perhatian terhadap petani rumput laut. Seharusnya, imbuh Kolik, harus ada pembinaan serta bantuan terhadap para petani.
“Tahun ini saja belum ada bantuan untuk petani rumput laut, dan ini akan terus dilalukan pengawalan agar diperhatikan,” tukas dia.
Dia berjanji akan terus mendorong Pemkab Sumenep memperhatikan petani rumput laut. Terlebih, masyarakat Kapedi yang tinggal di pesisir laut, banyak menjadi petani rumput laut.
Pihaknya berencana memanggil pihak terkait untuk memusyawarahkan mengenai dukungan pemerintah selama ini, serta evauasi kinerja.
“Selama ini, bantuan khusus petani rumput laut tidak nampak, buktinya masyarakat banyak mengeluh,” ujarnya.
Sedangkan Juai, salah seorang warga Kapedi mengakui bahwa selama ini tidak ada penananaman rumput laut. Selama ini, wilayah penghasil rumput laut di Kapedi antara lain di Desa Lobuk, Tanjung, Pagar Batu Pakandangan.
“Kalau di sini sudah 5 tahun lalu tidak menanam, selain merugi juga tidak ada perhatian dari pemerintah,” tukasnya.
Ahyari, warga asal Cangkareman, Kecamatan Bluto juga mengakui bahwa para petani rumput saat ini sedikit. Sebagian besar berada di Desa Pagar Batu, Tanjung Kecamatan Saronggi. Untuk di Desa Lobuk hingga Pakandangan memang ada, tapi tidak banyak. Saat berproduksi lima tahun lalu, harga rumput laut bisa senilai Rp5.000 per kilogaram.
“Rumput lautnya tidak ada dan sedikit, termasuk kualitasnya jelek. Jadi para petani enggan menanamnya, saya harap ada perhatian dari pemerintah,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Sumenep Agustiono Sulasno melalui Plt Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Edie Ferrydianto saat dikonfirmasi masih mengaku sibuk dan tidak bisa mengomentari lebih banyak.
“Program budidaya rumput laut tahun ini insya Allah ada bantuan,” singkatnya.
Pewarta: Imam Mahdi
Redaktur: Wawan A. Husna