KABARMADURA.ID | PAMEKASAN–Peluang bisnis Pertashop berpotensi merugi. Sebab, bahan bakar minyak (BBM) yang tersedia hanya fokus ke satu jenis, yakni pertamax. Apalagi, jenis BBM ini harganya tidak bersahabat alias mahal di kalangan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Pamekasan Bachtiar Efendy, Kamis (24/8/2023).
Menurutnya, keinginan untuk mendekatkan pelayanan penyediaan BBM yang digagas oleh Pertamina melalui Pertashop memang sangat bagus. Namun, dalam perjalanannya perlu dievaluasi terhadap efektivitas perjalanan bisnisnya. Apabila berbicara kebutuhan masyarakat, maka yang paling dicari harga yang paling murah.
Faktanya, yang dijual beberapa Pertashop hanya jenis BBM pertamax. Sehingga masyarakat lebih banyak memilih membeli BBM di toko eceran atau langsung membeli ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). “Akibatnya, pembeli sangat terbatas, karena ada BBM yang lebih murah harganya,” ujarnya kepada Kabar Madura.
Pihaknya menuturkan, sejak berdirinya beberapa Pertashop dari tahun 2020 lalu, sejauh ini belum ada rapat koordinasi antara pengusaha Pertashop dengan instansinya. Meski demikian, paling tidak ada komitmen dan sinergitas untuk mempermudah akses ketersediaan BBM yang dibutuhkan masyarakat.
“Masalahnya, konsep yang ditawarkan pemerintah tentang Pertashop tidak sesuai dengan keterjangkauan daya beli masyarakat, cukup amat terlambat tercakupnya Pertashop di masing-masing desa, ini kan progresnya masih ada 11 unit di Pamekasan, padahal di 2023 ini paling tidak 50 persen desa sudah ada, tapi tidak terwujud,” tuturnya.
Diharapkan, ketersediaan Pertashop tidak hanya menyediakan BBM non subsidi, melainkan juga menyediakan BBM bersubsidi. Seperti solar, pertalite dan lainnya. Tujuannya, agar akses layanan BBM semakin mudah dan cepat bagi masyarakat. “Jadi perlu ada kajian ulang terhadap prospek berdirinya Pertashop, paling tidak ada penambahan jenis BBM di masing-masing Pertashop,” harapnya.
Terpisah, Officer Commrel Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Mutiara Evy Junita menyampaikan, jumlah Pertashop di Pamekasan sudah 11 unit. Belasan unit Pertashop tersebut semuanya aktif beroperasi. Secara umum terdapat beberapa pertimbangan untuk memberikan izin bisnis Pertashop. Pertama, jarak antara calon pendirian Pertashop dengan SPBU minimal 5 kilometer dan perkiraan omset 500 liter per hari.
“Sejauh ini masih belum ada izin Pertashop yang dicabut,” responnya.
Pihaknya membeberkan, tahun 2020 lalu berdiri 3 titik Pertashop, 2021 3 titik, 2022 4 titik dan tahun ini ada 1 titik. Sedangkan untuk pembiayaan yang diperlukan membuka Pertashop baru meliputi, biaya modular ditambah totem dan instalasi kurang lebih Rp250 juta, ditambah dengan biaya pengerjaan drive way Rp50 juta hingga Rp100 juta. Harganya bervariasi tergantung ukuran lahan, kematangan lahan dan material di lokasi.
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Totok Iswanto