KABARMADURA.ID | SUMENEP-Kondisi cuaca yang tidak menentu menyulitkan petambak garam untuk memulai produksi. Sementara ini, mereka belum berproduksi karena suhu baru mulai panas.
Petambak garam asal Desa Pinggir Papas Kaliaget Busariyanto mengatakan, hingga saat ini belum mendapatkan garam. Sebab, cuaca tidak panas dan hujan terus menerus.
“Kondisi saat ini ujian terbesar bagi para petambak garam, sebab belum bisa lakukan produksi garam termasuk saya” katanya, Rabu (7/9/2022).
Diakuinya bahwa proses produksi garam benar-benar terganggu. Sehingga beberapa patambak garam memilih berhenti memproduksi garam dan beralih ke usaha pertambakan. Ada juga yang terus melanjutkan.
Dia juga mengakui bahwa proses produksi saat ini sedang dilakukan. Tetapi, terkadang hujan datang tiba-tiba. Sehingga gagal produksi.
“Cuacanya tidak menentu, ada yang takut meskipun harganya mahal dari tahun sebelumnya,” ucap dia.
Sejatinya dia mulai menggarap lahannya pada April lalu, namun kerap turun hujan saat penjemuran air garam. Jika menilik tahun-tahun sebelumnya, kata Busariyanto, seharusnya telah memasuki kemarau panjang dan tidak sering hujan..
Dia mengatakan, cuaca agak bagus pada akhir Agustus 2022. Sehingga, mulai punya harapan untuk memanen garam. Biasanya. jika cuaca bagus, penuaan garam bisa terjadi dalam kurun waktu 20 hari, sehingga sudah siap panen..
Terdapat sebagian petambak garam memanen garamnya tetapi, hasilnya tidak maksimal lantaran sering hujan.
“Seperti saat ini saya merugi. Untuk modal awal saja Rp25 juta, saat ini belum menjual garam,” papar Busariyanto.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Sumenep Agustiono Sulasno melalui Plt Kepala bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Edie Ferrydianto mengutarakan, para petambak garam hingga saat ini sangat terpuruk. Sebab, panen produksi belum ada.
“Saat ini tidak seperti biasanya. Dengan kondisi saat ini tpara petambak memang kebingungan,” bebernya.
Dia mengatakan, ada sebanyak 1.652 petambak dan 164 kelompok petambak garam di Sumenep yang saat ini terdata, rata-rata nasibnya sama, yakni tidak bisa panen garam karena cuaca buruk.
“Kalau harga garam saat ini cukup fantastis naik hingga Rp1200 per kilogram,” tutur Edie.
Sedangkan staf Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Diskan Sumenep Agus Wahyudi memastikan hingga saat ini belum ada produksi garam rakyat di SUmenep.
“Sementara belum ada hasil produksi garam rakyat, ” singkatnya.
Berdasarkan data Diskan Sumenep, pada tahun 2018 capaian produksi garam sebanyak 235 ribu ton dari target produksi mencapai 225 ribu ton. Pada tahun 2019 lalu produksi garam rakyat mencapai 332 ribu ton dari target produksi 236 ribu ton. Kemudian tahun 2020 hasil produksi turun drastis menjadi 50 ribu ton dari target produksi 236.000 ton.
Di tahun 2021, realisasi produksi belum meningkat tipis dari tahun 2020, yakni 94.334 ton. Sementara target produksi garam rakyat tahun 2021 sebanyak 192.947 ton. Sedangkan lahan tambak garam sejak 2018 hingga 2022 seluas 1.967,42 hektare.
KONDISI PETAMBAK GARAM SUMENEP
- Jumlah petambak garam:652 petambak, tercakup dalam 164 kelompok
- Prediksi harga: Rp1.200 per kilogram
- Hingga Agustus 2022 belum ada yang berhasil panen
- Petambak terancam rugi puluhan juta
PRODUKSI GARAM LIMA TAHUN TERAKHIR
Luas lahan: 1.967,42 hektare.
2018
capaian produksi: 235 ribu ton
Target produksi: 225 ribu ton
2019
Capaian produksi: 332 ribu ton
Target produksi: 236 ribu ton
2020
Capaian produksi: 50 ribu ton
Target produksi: 236.000 ton
2021
Capaian produksi: 94.334 ton
Target produksi: 192.947 ton
2022
Capaian produksi: –
Target produksi: menunggu Kementerian Kelautan dan Perikanan
Sumber: Diskan Sumenep
Reporter: Imam Mahdi
Redaktur: Wawan A. Husna