KABARMADURA.ID | SAMPANG -Memasuki pertengahan tahun, petani garam di Sampang mengeluhkan harga garam yang semakin anjlok. Sebelumnya, harga garam yang pernah menyentuh harga Rp6.800 per kilogram, kini turun drastis hingga Rp2.800 per kilogram.
Kondisi ini membuat para petani garam mengelus dada. Mereka dirundung ketakutan harga garam masih terus turun. Sementara biaya produksi garam semakin tinggi.
“Entah apa yang terjadi, harga garam saat ini turun. Apalagi biaya untuk memproduksi garam ini tidak sedikit, hampir puluhan juta,” kata salah seorang petani garam asal Desa Gulbung, Kecamatan Pangarengan, Hadi, Minggu (16/07/2023).
Pria berusia 47 tahun itu menyebutkan, modal bertani garam saat ini sangat tinggi. Menurutnya, hal itu dipengaruhi harga bahan-bahan yang mulai merangsek naik, seperti terpal dan lainnya. Dia mencontohkan, lahan yang berukuran 13×75 meter menghabiskan sekitar Rp23 juta untuk biaya terpal saja.
Selain itu, tambahnya, upah pekerja juga ikut naik. “Ketika pas musim panen, harga garam turun. Iya, jelas kami tidak akan untung, bahkan rugi,” tambahnya.
Melihat kondisi ini, Hadi berharap, pemerintah kabupaten (pemkab) agar ikut andil mengoptimalkan kembali harga garam. Sehingga, petani tidak kembali menjerit.
“Jika dibiarkan seperti ini, bisa jadi petani garam gulung tikar,” tegas Hadi.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Perikanan dan Budidaya Dinas Perikanan Sampang Moh. Mahfud mengatakan, turunnya harga garam disebabkan jumlah produksi yang semakin banyak. Sementara permintaan pasar tetap stagnan dan impor garam mulai masuk.
Namun, Mahfud berjanji, pihaknya akan tetap mengawal aspirasi petani yang mengeluhkan soal harga garam yang semakin anjlok ini. Dia meminta agar petani tetap semangat dalam memproduksi garam.
“Kami akan koordinasikan dengan pemerintah pusat,” tukas Mahfud, Minggu (16/7/2023).
Pewarta: Abd. Goffar
Redaktur: Sule Sulaiman