Pola Asuh Kurang Optimal Penyebab Bayi Stunting di Pamekasan 

News117 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Sedikitnya, 1.700 bayi di Pamekasan terpapar stunting. Data ini diketahui berdasar bulan timbang Agustus kemarin. Pada dasarnya, bayi yang mengalami stunting diakibatkan pola asuh dari orang tua kurang optimal. Kemungkinan besar dikarenakan faktor ekonomi keluarga. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan dr. Saifuddin melalui Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Achm Syamlan, Kamis (2/11/2023). 

Dia menuturkan,  prevalensi stunting berdasarkan bulan timbang Agustus 2023 mencapai 3,69 persen. Data itu, berdasarkan hasil penghitungan penimbangan 46.030 bayi di 21 pusat layanan kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di 13 kecamatan. “Memang bukan hanya dari ketersedian makanan, kalau dilihat tidak kurang, cuman pada pola asuh dan penyakit penyerta,” tuturnya kepada Kabar Madura. 

Baca Juga:  Realisasi Perpusling Triwulan Keempat di Pamekasan Molor

Menurutnya, untuk menekan angka stunting sejauh ini sudah dilakukan intervensi kebijakan spesifik dan sensitif, dimana hal itu tidak hanya dilakukan oleh instansinya. Melainkan bersama beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang masuk pada tim percepatan penurunan stunting. “Kami tidak bekerja sendiri, jadi berbagai OPD juga ikut andil,” ucapnya. 

Pihaknya menjelaskan, daerah tertinggi yang mengalami kasus stunting terjadi pada Kecamatan Tlanakan dengan jumlah 385 bayi mengidap stunting dari total bayi yang ditimbang 2.861 bayi. Setelah dilakukan identifikasi, faktor utama yang mengakibatkan kasus stunting terjadi pada bayi lantaran kurang maksimalnya pola aduk dari orang tua. 

Baca Juga:  Hasil Prevalensi Stunting Pamekasan Terjadi Selisih Dua Persen

Namun, sejauh ini sudah dilakukan pendampingan terhadap bayi yang mengidap stunting. Seperti, pemenuhan gizi dan pembinaan terhadap kedua orang tua melalui petugas puskesmas. Berdasar Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2022 kasus stunting berada  di angka 8,1 persen. Sedangkan hingga saat ini belum diketahui hasil SSGI tahun ini. 

“Jumlah prevalensi Stunting di 2022 kemarin 6,4 persen, sedangkan prevalensi tahun 2021 berdasar bulan timbang berada di angka 11,7 persen,” jelasnya. 

Pewarta: Khoyrul Umam Syarif 

Redaktur: Totok Iswanto 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *