KABARMADURA.ID | SAMPANG–Prof. Dr. Achsanul Qosasi menghadiri acara acara sidang terbuka senat Politeknik Negeri Madura (Poltera), Senin (14/11/2022). Sidang terbuka tersebut dalam rangka acara Dies Natalis Poltera ke-10. Presiden Madura United tersebut diundang khusus untuk memberikan orasi ilmiah.
Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) itu menyampaikan, kehadiran Poltera di Madura telah menciptakan banyak perubahan. Sebab, sebelum itu, tidak ada perguruan tinggi berbasis terapan di Madura.
Prof AQ mengurai, sebelum hadirnya Poltera, perguruan tinggi di Madura memiliki kategori basis. Berbasis keagamaan sebanyak 76 persen. Berbasis sosial dan hukum 16 persen. Berbasis kesehatan 5 persen. Berbasis ekonomi dan bisnis 3 persen. Sedangkan berbasis terapan 0 persen.
“Itulah salah satu kajian ilmiah saat itu. Sehingga begitu mudah pemerintah pusat langsung menyetujui berdirinya Poltera dan dijadikan negeri,” ungkap pria kelahiran Sumenep itu, Senin (14/11/2022).
Prof AQ optimistis, kehadiran Poltera akan mampu mengubah perwajahan Madura di mata nasional. Sebab hingga saat ini, di Madura hanya ada tiga perguruan tinggi negeri. Yakni, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, dan Poltera.
Kepada para mahasiswa, Prof AQ mengatakan, lulusan Poltera akan dihadapkan dengan tantangan yang nyata. Sebab, usai diwisuda, mereka akan dilepas ke tengah-tengah masyarakat untuk mengabdi. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mencari kehidupan dan penghidupan.
“Urusan kehidupan mungkin Anda bisa survive. Tapi urusan penghidupan harus Anda pikirkan,” ujarnya.
Prof AQ melanjutkan, negara kaya bukan karena faktor usianya. Mesir berusia 2.000 tahun. Kekayaan alamnya melimpah. Tapi masih tergolong negara miskin. India, usianya 1.800 tahun. Kekayaan alamnya juga luar biasa. Tetapi sampai saat ini, negara tersebut masih terbilang miskin.
Sedangkan negara yang baru berdiri, maju dan terbilang negara kaya. Contohnya, Swiss masih berusia 150 tahun. Kekayaan alamnya tidak ada. Jepang baru berdiri 70 tahun. Wilayahnya 68 persen pegunungan. Namun dengan begitu cepat, negara-negara itu menjadi maju.
“Kenapa itu terjadi? Karena mereka menghargai prinsip kehidupan. Mereka mengelola anggaran dengan benar untuk manusia dan alam,” papar Prof. AQ
Reporter: Ali Wafa
Redaktur: Wawan A. Husna