KABARMADURA.ID | Pamekasan – Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Ahmad Faridi menyedot perhatian peserta Diskusi Publik di Aula Perpustakaan IAIN Madura, Ahad (14/5/2023). Pandangannya terhadap revitalisasi kereta api Madura dipandang layak dicermati.
Ketua Karang Taruna Pademawu itu mengetengahkan tiga kesadaran kepada para peserta diskusi yang didominasi mahasiswa. Kesadaran tersebut meliputi kesadaran magis, mistis, dan kritis.
Faridi mengurai dampak revitalisasi rel kereta api terhadap pertumbuhan ekonomi Madura. Kaitannya dengan topik diskusi ini, Faridi berharap mahasiswa tidak kagetan ketika melihat ada pengaktifan kembali kereta api di Pulau Garam.
Sebenarnya, kata Faridi, saat menerima kabar itu, kesadaran magis yang akan muncul. Kabar itu kemudian menyandera pikiran.
“Lalu pikiran kita terbayang; o iya ya enak kalau ada kereta api. Padahal, belum tentu itu masih terealisasi,” terang mantan Ketua Umum PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Pamekasan itu.
Pada titik saat ini, Faridi berharap seluruh elemen sudah berada pada kesadaran kritis.
“Seharusnya, sebagai mahasiswa kita tidak boleh baperan. Kita harus memakai kesadaran yang ketiga, yakni kesadaran kritis. Salah satu contohnya boleh ada kegiatan seperti pagi ini. Namun, tidak boleh sampai di sini, tidak boleh hanya seremonial saja,” ujarnya.
Alumnus Universitas Madura (Unira) ini menekankan agar ada penelitian-penelitian berkelanjutan. Penelitian lanjutan ini menjadi salah satu tolok ukur keseriusan manakala bicara revitalisasi rel kereta api di Madura.
“Mahasiswa jangan jadi kaum intelektual struktural, tapi jadilah kaum intelektual organik,” tukasnya.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Hairul Anam