KABARMADURA.ID | Menjaga kearifan lokal menjadi tanggung jawab tersendiri dalam setiap individu maupun kelompok. Melestarikan kearifan itu bisa dilakukan dengan beragam cara, tergantung pada kreativitas yang dimiliki setiap orang. Ada yang berupa karya seni, kampanye atau sosialisasi, dan lainnya. Sanggar Meonk salah satunya. Siapa sangka, komunitas yang awalnya hanya sebatas perkumpulan sejumlah pemuda, bermetamorfosis menjadi sanggar besar yang berhasil membawa musik tradisional ke mancanegara.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Bermula dari tongkrongan sejumlah pemuda di Jalan Pintu Gerbang Gg. V Kelurahan Bugih, sanggar ini mulai terbentuk. Saat itu, ketika malam bulan Puasa tahun 2003, segerombolan pemuda nongkrong hingga waktu sahur tiba. Kemudian muncul inisiatif untuk membuat grup dengan kegiatan yang lebih positif. Akhirnya terbentuklah Sanggar Meonk yang hingga sekarang konsisten menciptakan karya.
“2005 resmi dibentuk secara struktural. Mulai dari ketua hingga anggotanya. Satu tahun setelahnya, 2006, kami mulai ikut lomba musik tradisional dan karya tari. Hasilnya, kami masuk tiga besar penyaji terbaik,” ungkap Ketua Sanggar Meonk Akhmad Wahyudi Rianto saat ditemui Kabar Madura, Minggu (8/10/203).
Karya-karya yang dihasilkan tidak pernah lepas dari kearifan lokal Madura, seperti lagu Mekkasan Atenah Buleh, Kerapan Sapeh, Potre Koning, tari suramadu, tari bathek, dan beberapa karya lainnya. Sejumlah karya yang telah dihasilkan itu kerap kali ditampilkan pada acara-acara pemerintahan maupun event nasional.
Bahkan, sanggar yang beranggotakan 15 orang itu berhasil membawa karya lokal ke mancanegara. Tahun 2017 menjadi pengalaman yang menarik bagi internal keanggotaan Sanggar Meonk. Mereka sukses menjadi perwakilan Indonesia yang perform di Kuala Lumpur pada event gendang tari. Hal itu tentu menjadi kebanggan tersendiri, sebab bisa menduniakan kearifan lokal Madura.
Tidak berhenti di situ, Sanggar Meonk juga langganan dalam meraih prestasi di kejuaraan, seperti menjadi 10 besar penyaji terbaik pada acara Aransemen Musik Nusantara 2020. Juga berhasil tampil di berbagai daerah, di antaranya Solo, Bandung, dan lainnya.
Yudi mengungkapkan, sanggarnya itu memang fokus pada musik tradisional. Tujuannya untuk tetap melestarikan budaya Madura melalui karya seni yang dihasilkan.
“Meonk kepanjangannya manusia elit otak nan kreatif. Harapannya, untuk terus berkarya secara kreatif dalam melestarikan budayanya. Pertengahan Oktober kita ngisi di Azana,” ungkap guru seni budaya MAN 1 Pamekasan tersebut.
Redaktur: Sule Sulaiman