KABARMADURA.ID | SAMPANG-Maraknya seniman musik yang menjiplak notasi lagu populer, tidak luput dari perhatian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sampang, Moh. Iqbal Fatoni. Notasi lagu-lagu populer itu diambil lalu digubah dalam bentuk lagu lain. Bahkan, Iqbal menyebut bahwa penjiplak itu merupakan plagiator yang tidak jelas kiblat musiknya.
Menurut Iqbal, maraknya penjiplakan itu justru terjadi belakangan ini. Dia menilai, sebelumnya jarang terjadi praktik penjiplakan notasi yang dilakukan musisi dari kawula muda.
“Contohnya Faris Meonk. Dulu dia masih berusaha membuat notasi sendiri. Sekarang justru ikut-ikutan menjiplak notasi orang asing,” bebernya.
Dia memperkirakan, Faris Meonk yang viral dengan lagu Kala Bennyak itu menjiplak notasi lagu lain karena terseret arus pasaran.
Praktik tersebut, kata Iqbal, justru mengubur karya-karya yang notasinya dibuat secara mandiri. Bahkan, juga mengubur karya-karya yang menonjolkan kemaduraannya.
“Akhirnya, karya yang lirik lagunya mendalam menurut sastra Madura, serta notasi yang mengedepankan kemaduraan justru dihambat oleh plagiator itu,” kata Iqbal.
Sementara Faris Meonk, atau pembuat lagu berjudul Kala Bennyak, tidak bisa dikonfirmasi. Alasannya sedang persiapan manggung di salah satu tempat yang tidak ia sebutkan.
“Mohon maaf ya, saya masih belum bisa memberi keterangan terkait itu. Kebetulan juga, habis ini saya mau manggung,” singkat Faris.
Salah satu penyair asal Sampang Umar, Fauzi Ballah, juga berpendapat serupa. Dikatakan bahwa sudah banyak musisi yang menjiplak notasi dari lagu-lagu India. Bahkan, kata pria jebolan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu, praktik plagiasi itu sudah berlangsung lama.
“Para penjiplak itu tidak memiliki izin lisensi untuk mengambil notasi dari orang India. Saya berani membuktikan, jika memang diperlukan,” sumbarnya, Senin (7/11/22).
Menurutnya, para plagiator itu tidak pantas disebut seniman ataupun musisi. Sebab, kategori pemusik atau seniman memiliki ranah tersendiri.
“Pantasnya disebut pencuri karya orang lain, yakni pencuri notasi,” kata pria yang pernah giat di Komunitas Rabo Sore itu.
Lebih parahnya lagi, dia lanjut mengurai, beberapa masyarakat yang tidak paham bahwa praktik itu dilarang, justru mendukung. Sehingga ketika ada orang yang memang paham seni mengkritisi, malah dihakimi.
“Seharusnya para plagiator itu memberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat awam. Artinya, tidak melakukan penjiplakkan dari awal. Sebab, mereka termasuk figur di dunia musik,” tuturnya pada Kabar Madura.
“Solusinya, mereka harus berhenti menjiplak notasi-notasi lagu India, dan kembalilah ke jalur musik yang jelas, seperti dahulu itu,” tutur Ballah.
Reporter: Fauzi
Redaktur: Wawan A. Husna