KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan oleh sejumlah pengusaha batik di Pamekasan. Sejak pandemi hingga sekarang, pendapatannya mengalami penurunan. Salah satunya dirasakan oleh pengusaha batik asal Desa Klampar, Munawarah (47). Sebelum pandemi, dirinya bisa mengantongi pendapatan dua hingga empat juta sekali pasaran. Namun sekarang, pendapatannya hanya berkisar satu juta setiap pasaran, bahkan kadang tidak ada pelanggan sama sekali.
“Sebelum corona, pelanggan yang datang ke sini dari berbagai daerah, seperti dari Jawa dan Jakarta. Pendapatannya lumayan. Bahkan bisa beli mobil dan haji. Tapi sejak pandemi sampai sekarang, hanya warga lokal, itu pun jika ada yang beli,” terangnya kepada Kabar Madura, Senin (2/10/2023).
Munawarah mengatakan, pendapatan yang diperoleh sekarang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan ala kadarnya. Sementara untuk modal produksi batik terbilang kurang. Pasalnya, dalam sekali produksi kain batik, dibutuhkan modal yang cukup besar.
Sehingga Munawarah berharap, kesejahteraan para perajin ataupun pengusaha batik di kota berjuluk Gerbang Salam ini bisa segera pulih kembali. Pemanfaatan sentra batik yang terletak di desanya itu juga bisa dirasakan kembali. Sebelumnya, dia pernah mengikuti beberapa pelatihan yang diselenggarakan di sentra tersebut. Menurutnya, pelatihan itu sangat bermanfaat baginya dalam mengembangkan usaha batik yang dibangun.
“Dulu sempat ikut pelatihan pewarnaan batik alam, pembuatan canting, dan peccak di sana. Tapi yang sekarang, tidak. Entah, apakah memang tidak ada pelatihan lagi atau memang ada tapi saya yang tidak tahu. Apapun itu, sentra tersebut sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha ini,” jelasnya.
Di sisi lain, perajin batik asal Desa Pagendingan, Fatmawati Sri Wahyuni, mengungkapkan, pendapatannya selama ini terbilang standar, berkisar Rp5 juta hingga Rp7 juta per bulan. Kendati demikian, dia tetap berharap pemanfaatan sentra batik bisa maksimal dan dirasakan oleh semua pembatik di Pamekasan. Katanya, apabila pembangunan sentra batik memang sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan para perajin ataupun pengusaha batik, bangunan itu bisa beroperasi sesuai dengan tujuan utamanya.
“Sejauh ini, saya tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari adanya sentra batik tersebut. Saya tidak paham juga pemerintah bangun itu untuk apa, tapi jika memang diperuntukkan untuk peningkatan kesejahteraan pembatik, pemerintah harus serius, itu saja harapannya. Agar pembatik yang terdata di Pamekasan ini benar-benar merasakan manfaat dari sentra tersebut,” paparnya.
Untuk diketahui, sentra batik itu diresmikan pada 2022 lalu. Dibangunnya sentra yang menelan anggaran miliaran rupiah itu diharapkan bisa menjadi pusat dalam meningkatkan kesejahteraan pembatik di Pamekasan. Sayangnya, nasib sentra itu seolah tidak terurus. Saat ini, pengelolaannya dialihkan ke BUMDes setempat. Kabar Madura berusaha mengkonfirmasi lebih lanjut terkait pemanfaatan sentra tersebut kepada pihak yang bersangkutan, namun pihak BUMDes tidak bisa dikonfirmasi.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Sule Sulaiman