KABAR MADURA | Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pamekasan mengundang para figur yang akan berlaga dalam Pilkada 2024, yaitu Firman Syah Ali, Ach. Baidowi, Fattah Jasin, Kholilurrahman, Ali Wafa, dan Rudy Susanto.
Keenam politisi tersebut dibedah pemikirannya dalam Simposium Kepemimpinan dengan tema “Dinamika Pamekasan Dalam Perspektif Pemimpin Ideal”, yang dimoderatori Pemimpin Redaksi Media Jatim Ongky Arista UA, Sabtu malam (29/6/2024).
“Di samping menghadirkan Mas Ongky yang banyak paham kondisi Pamekasan karena merupakan Ketua Forum Wartawan Pamekasan (FWP), kami juga mengundang pemateri dari Pengamat Politik dan Pemerintahan, yaitu Sukron Ma’Mun,” ujar Ketua Aliansi BEM Pamekasan Mahrus Soleh.
Acara yang dikonsentrasikan di Pendopo Ronggosukowati itu, terang Mahrus Saleh, tidak lain merupakan bentuk sapaan mahasiswa kepada para calon pemimpin Pamekasan, supaya lebih saling mengenal dan harmonis.
“Karena kami mahasiswa tidak pernah berpapasan langsung dengan para figur, juga sebagai bentuk ekspresi mahasiswa itu sendiri dalam menjalankan perannya, yaitu mahasiswa punya peran politik dan akademis,” ujar penulis buku “Saatnya Muda Bersuara” itu.
Pemuda kelahiran Sampang, 27 April 2000 itu mengutarakan betapa acaranya tidak terlepas dari sorotan banyak pihak. Sebab, tidak sedikit yang menilai tempatnya kurang netral.
“Sebetulnya sedari awal acara ini dikonsep, banyak pihak dan tokoh yang menyarankan dan menawarkan untuk dilaksanakan di ballroom hotel atau di gedung yang lebih besar, tetapi BEM Pamekasan sepakat untuk tetap dilaksanakan di pendopo karena, siapa pun nanti figur yang terpilih, maka rumahnya adalah di pendopo,” ujarnya.
Berkaitan dengan tema, terangnya, dilatarbelakangi oleh problematika yang muncul di masyarakat Pamekasan. BEM Pamekasan menilai tampaknya masih banyak problem yang memperlama antrean kesejahteraan masyarakat.
“Sehingga butuh pemimpin yang memang betul-betul menjadi problem solving terhadap masalah itu. Tema ini kemudian diangkat BEM Pamekasan sebagai bentuk sedikit gambaran dari kondisi Pamekasan hari ini,” kata penulis buku “Pemuda di Persimpangan Jalan” itu.
Atas hal itu, jelas pemuda yang hobi main futsal itu, BEM Pamekasan mengundang semua figur atau tokoh yang ikut perang baliho dalam bursa kandidat bakal calon bupati maupun wakil bupati Pamekasan tanpa terkecuali.
“Dari situ kita melihat bahwa, figur yang bermunculan sangat beragam, mulai dari yang latar belakangnya santri, aktivis, kiai, akademisi, politisi murni. Tentu, ini menjadi kelebihan dan kekurangan tersendiri bagi beliau para figur. Dan apakah dari latar belakang yang beragam ada konsep gemilang tentang obat penawar terhadap penyakit yang ada di Pamekasan,” urainya.
Alumnus Institut Agama Islam Miftahul Ulum (IAI-MU) Panyeppen Pamekasan itu menyatakan, banyak komentar miring dari berbagai pihak terkait acara BEM Pamekasan, dinilai sebagai acara yang sangat berbau kepentingan.
“Maka kami jawab, iya, acara ini sangat berbau kepentingan yang sangat besar. Yaitu untuk menghilangkan pradigma kotor mahasiswa dan masyarakat umum yang menilai bahwa politik dan pilkada itu bukan soal nominal saja, melainkan pada tanggung jawab dari calon pemimpin itu sendiri,” tegasnya.
“Dan siapa punnanti figur yang tidak menghadiri dan tidak menghargai undangan kami, maka, figur itu tidak layak untuk dipilih. Sebab, mereka sudah tidak siap untuk berdiskusi tentang dinamika Kabupaten Pamekasan,” tukasnya.
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Sule Sulaiman