KABARMADURA.ID | Kenikmatan khas yang ada pada kopi hampir digandrungi oleh semua kalangan. Maka tak heran, jika masing-masing individu membuka peluang bisnis atas banyaknya pecinta kopi. Termasuk Slaman. Aktivis lingkungan itu berhasil membuat produk kopi berbahan dasar biji mangrove.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN.
Bermula dari kepeduliannya terhadap lingkungan pesisir sekitar, yakni di Pantai Lembung, Kecamatan Galis, mengantarkan Slaman sebagai pencipta kopi berbeda dengan kopi pada lazimnya. Dia berhasil membuat produk kopi berbahan dasar biji mangrove.
Dia mengungkapkan, produk kompu mangrovenya yang tembus pasar global itu, awalnya hanya untuk mengelabui masyarakat sekitar agar tetap menjaga pohon mangrove di wilayahnya. Sebab menurut Slaman, penduduk sekitar kerap kali merusak pohon mangrove dan tidak peduli dengan keberadaannya.
“Karena saya tahu mereka hanya memikirkan profit, jadi saya buatlah kopi mangrove. Akhirnya, mereka menjual buah mangrove itu ke saya. Sejak saat itu, mereka mulai merawat mangrove,” terangnya kepada Kabar Madura.
Sejauh ini, kopi mangrove yang dikelolanya sejak tahun 2010 itu sudah tembus pasar global, seperti ke Jepang dan Malaysia. Bahkan, kopi racikannya itu sudah berhasil diujicobakan dan tidak menimbulkan efek samping yang cukup signifikan. Menurut Slaman, dalam buah mangrove itu sendiri memiliki manfaat baik untuk kesehatan, utamanya bagi perempuan yang baru melahirkan.
Slaman mengungkap, diperlukan beberapa kali percobaan resep dalam racikan kopinya untuk menemukan rasa dan aroma yang pas. Misalnya, kata dia, bagaimana memadupadankan bahan-bahan herbal, seperti jahe dan lainnya. Eksperimen tetap ia lakukan, guna mendapatkan resep yang tepat.
“Masukan dari pembeli juga jadi bahan evaluasi bagi saya. Kadang jahenya terlalu kuat, kita kurangi. Artinya, dalam setiap bahan takarannya harus imbang,” ungkap Slaman, Se!nin (10/7/2023).
Kopi mangrove yang dijualnya itu juga tidak kalah populer dengan kopi lainnya di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Sumatera Utara (Sumut), Surabaya, dan wilayah lainnya termasuk di kawasan Madura sendiri. Terbaru, dia mengirimkan kopi mangrove ke daerah Sumut sebanyak 10 kilogram.
Sejak pandemi Covid-19, diakui Slaman, penjualannya mengalami penurunan. Namun, saat ini pihaknya kembali membangkitkan produk UMKMnya tersebut dengan penjualan melalui beberapa marketplace yang tersedia. Tujuannya, agar pembeli memiliki jangkauan yang lebih luas.
“Alhamdulillahnya semua legalitas usaha terpenuhi, baik NIB, halal, dan lain sebagainya. Kelengkapan legalitas itu, juga menjadi kunci dalam menarik kepercayaan calon pembeli,” tegasnya.
Redaktur: Moh Hasanuddin