KABARMADURA.ID | Belasan tahun pensiun sebagai tenaga pendidik, tidak membuat laki-laki berusia senja kelahiran Kebumen, Jawa Tengah itu berhenti menyalurkan ilmunya terhadap generasi penerus bangsa. Laki-laki itu bernama Purwendi Bambang Rusdyanto, dia tingga di rumahnya yang berada di Jalan Pramuka No.27 Pamekasan. Setiap malam dan pagi hari, teras rumahnya dipenuhi anak-anak, mereka berniat untuk belajar kepadanya.
SAFIR NUR LAILY, PAMEKASAN
Pur, begitu ia disapa. Usianya sudah 73 tahun. Dia merupakan seorang pensiun Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Waru Pamekasan tahun 2010 silam. Kendati pensiun, hingga kini, dia masih mendedikasikan diri di dunia pendidikan, yakni dengan mengajar atau melakukan bimbingan belajar kepada anak-anak yang masih sekolah.
Anak didiknya beragam. Mulai dari kalangan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menegah Atas (SMA). Bahkan, hasil bimbingannya itu berhasil mengantarkan anak didiknya tembus olimpiade sain nasional (OSN) tingkat dunia hingga juara pada tahun 2019 lalu.
Alasan kakek dari tujuh cucu itu masih aktif melakukan bimbingan belajar sangat sederhana. Bukan karena ingin mendapatkan nilai komersial atau lainnya, tapi ingin memberikan manfaat kepada sesama. Maka tak heran, jika bimbingan belajarnya itu digratiskan dan dibuka untuk kalangan siapa pun.
Sebab selama ini, dia memegang teguh prinsip ‘jangan hidup jika tidak bisa berbuat baik kepada orang lain’. Bahkan dalam gurauannya, dia mengungkapkan ingin meninggal dalam keadaan berbuat baik kepada orang lain.
“Saya tidak mau mati dalam keadaan berbaring di atas kasur, tapi mati ketika sedang berbuat kebaikan kepada masyarakat, seperti saat ini, misalnya,” katanya sembari menunjuk beberapa anak bimbingannya yang sedang khusuk dengan buku ajar masing-masing.
Sebelum menjadi kepala sekolah, Pur menjadi guru mata pelajaran Fisika di SMAN 1 Pamekasan. Saat itu, awal mula ia menginjakkan kaki di Kabupaten Pamekasan, yakni pada tahun 1982. Pria berzodiak sagitarius itu tidak bisa bercerita detail tentang kepindahannya ke Pamekasan, namun ia mengaku, seluruh hidupnya telah ia dedikasikan untuk Pamekasan hingga ia menemukan tambatan hatinya.
“Lahirnya saja di Kebumen, tapi hidup saya di Pamekasan,” tambah Pur sambil menyeruput kopi di sebelahnya.
Pria kelahiran Desember 1950 itu tidak hanya berhasil mengantarkan putri Pamekasan mendapatkan medali di OSN tingkat dunia, dia juga berhasil mengantarkan pelajar di Bumi Ratu Pamelingan ke beberapa ajang olimpiade lainnya. Baik tingkat regional maupun nasional.
Bahkan, atas dedikasinya itu, disa dihadiahi rumah yang berlokasi di Desa Sentol oleh salah satu mantan bupati Pamekasan. Kini, rumah itu ia jadikan aset pribadi tanpa dia tempati. Menurutnya, jika pindah ke rumah tersebut, anak-anak akan kesulitan mengakses ketika hendak belajar.
Tidak hanya di dunia pendidikan, Ia juga melatih para atlet Aeromodelling di Pamekasan, serta berperan sebagai pembina Pramuka, meski kondisi fisiknya tidak lagi kekar seperti waktu muda. Bahkan, ia di bantu kursi roda untuk menunjang segala kegiatannya semenjak didiagnosa memiliki gejala stroke oleh dokter. Pria dari 4 anak itu hanya bisa mengawasi dan memantau anak didiknya ataupun atlet Aeromodelling dengan duduk di kursi roda.
“Berhubung saya komandan, jadi saya cukup pantau dari kursi roda ini. Kalau hanya jalan sedikit bisa, tapi kalau jalan kaki dengan jarak yang jauh harus pakai ini. Dan yang penting ada rokok sama kopi saya merasa sehat,” tutupnya sambil tertawa.
Redaktur: Hasanuddin