KABARMADURA.ID | Dongeng bukan sekadar hiburan, namun juga dapat menjadi cara yang efektif dalam mendidik seorang anak. Dengan dongeng, banyak sekali nilai moral yang bisa disampaikan, baik berbuat baik, berkata jujur, suka menolong, dan hal baik lainnya yang tertanam pada diri seorang anak. Di Pamekasan, ada seorang pendongeng handal, dia bernama Sulistyawati. Dia tergabung di komunitas Kampung dongeng (Kado) Pamekasan.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Jauh sebelum ia dikenal sebagai pendongeng, dia bercita-cita menjadi pendakwah. Yakin dengan cita-citanya tersebut, ia ingin mendalaminya melalui jurusan yang diambil sejak saat kuliah, yaitu Jurusan Dakwah di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1993 silam.
Namun, pada tahun 1998 dirinya menjadi tenaga pendidik bagi anak usia dini. Ia merasa, dalam memberikan pemahaman atau pembelajaran kepada anak usia dini tentu berbeda dengan memberikan pelajaran kepada siswa Sekolah Dasar (SD).
Kepindahannya ke Pamekasan, karena ikut sang suami. Di Pamekasan, ia mengajar di TK Nurul Hikmah. Keinginan untuk mengajar dengan cara mendongeng mulai muncul, kala itu. Tahun demi tahun ia fokus mempelajari perdongengan. Dia belajar secara otodidak. Mulai dari mempelajari berbagai macam karakter vokal, dan tata cara menyikapi audiens, belajar atraksi sulap, dan lainnya. Puncaknya, pada tahun 2009, awal bagi Sulistyawati menjadi seorang pendongeng.
“Mendongeng karena jadi tenaga pendidik. Tapi butuh waktu panjang untuk mempelajarinya. Karena tidak ada basic untuk itu. 2009 mulai mendongeng, tapi masih belum menjadi relawan di Kado,” kata perempuan kelahiran 1975 asal Lamongan itu, Kamis (20/7/2023).
Perempuan dengan sebutan kak Sulis itu mengaku, dengan gaya mendongeng, anak didiknya bisa menangkap apa yang disampaikannya. Sebab menurutnya dia, metode penyampaiannya tidak berbasis ceramah pada umumnya. Melainkan, dengan menyajikan cerita yang memuat beberapa karakter tokoh berbeda. Dalam satu cerita, dia bisa menirukan berbagai karakter vokal yang berbeda.
Ibu dari 3 anak itu mengatakan, gaya mendongengnya selama ini terinspirasi dari Ria Enes dan boneka karakternya yang bernama Susan. Maka tak heran, jika dirinya juga mempunyai karakter boneka yang bernama Ceri. Boneka Susan menjadi teman untuknya dalam mencairkan suasana. Dalam cerita yang disampaikan, terkandung unsur kebaikan, baik cerita yang mengandung unsur moralitas kepada sesama manusia ataupun ajaran-ajaran ketauhidan, seperti cerita dalam sirah nabawiyah.
Nenek dari satu cucu itu mengatakan, ada kepuasan tersendiri ketika melihat anak-anak yang mendengarkan dongengnya tertawa lepas. Kerelawanan kak Sulis sebagai pendongeng, membuat dia diundang dalam beberapa event yang ada di Pamekasan tanpa bayaran. Artinya, kegiatan mendongeng tidak hanya dia lakukan ketika proses belajar mengajar di dalam kelas.
“Kita juga ada atraksi sulap tanpa menghilangkan unsur ketauhidan. Perlahan, kita tuntun mereka untuk mempelajari bahwa segala yang terjadi itu kekuasaan Allah,” terang perempuan yang juga menjadi Dosen Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan itu.
Redaktur: Moh. Hasanuddin