KABARMADURA.ID | SAMPANG-Debit air di sejumlah sumur milik Perumda Air Minum (PDAM) Trunojoyo Sampang menyusut drastis. Sumur tersebut tersebar di berbagai wilayah. Bahkan ada satu sumber yang terpaksa dinonaktifkan karena debit airnya habis. Akibatnya, proses pelayanan penyediaan air kepada masyarakat tidak maksimal.
Terdapat 26 sumur milik PDAM Trunojoyo di Sampang. Akan tetapi, sejumlah sumber dipastikan mengalami penyusutan debit. Diklaim, hal itu akibat dampak musim kemarau panjang dan maraknya aktivitas galian C di wilayah tersebut serta faktor lainnya.
Penanggungjawab Hubungan Pelanggan (Hublang) PDAM Trunojoyo Sampang Supri mengatakan, akibat musim kemarau panjang, kerusakan alam sangat memengaruhi terhadap kelancaran mata air sumber. Menurutnya, kelestarian tumbuhan di Sampang cukup memprihatinkan, terutama di area perbukitan yang kini banyak ditambang untuk galian C.
“Yang jelas, salah satu penyebab dan faktor susutnya debit air di sejumlah sumur ini, selain memang kemarau panjang, juga dipengaruhi maraknya aktivitas galian C di berbagai wilayah ini,” ujar Supri kepada Kabar Madura, Minggu (15/10/2023).
Sejatinya, Supri sudah intens berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk terus menangani aktivitas galian C di Sampang.
“Meski terjadi penyusutan debit air di berbagai sumber ini, pelayanan tetap jalan dan tidak berdampak signifikan, sudah kita atasi dengan mengganti kapasitas pompa dan pengalihan sumber air, sehingga pasokan tetap relatif normal,” klaimnya.
Susutnya debit air yang paling signifikan terjadi di Sumber Bakti, Kecamatan Ketapang. Penurunannya hingga 0 persen, alias mengering. Sehingga dimatikan dan dialihkan ke Sumber Payung. Sedangkan untuk di wilayah perkotaan Sampang, seperti di Sumber Gunung Maddah, Glisglis, dan Rubaruh, kondisinya relatif aman.
“Rata-rata penyusutan debit di wilayah Kecamatan Sampang ini kisaran 30 persen dan daerah relatif normal dan tetap terkendali,” ulas Supri.
Solusi di tengah susutnya debit air ini, PDAM Trunojoyo Sampang telah mengganti kapasitas pompa yang sebelumnya 24 liter diganti ke 15 liter dan lainnya. Sehingga keberadaan air di sumber tidak cepat habis karena daya penyedotan berkurang.
“Pengaruhnya air yang disalurkan lebih sedikit ke pelanggan. Solusi ini yang terbaik untuk kondisi saat ini, agar pelayanan tetap jalan dan debit air di sumur tidak cepat mengering,” pungkasnya.
Pewarta: M. Subhan
Redaktur: Wawan A. Husna