KABARMADURA.ID | SUMENEP–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep mengakui sulit mengatasi persoalan inflasi yang terjadi di Sumenep. Meski beberapa upaya sudah dilakukan, seperti operasi pasar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep per Januari 2023, Sumenep menjadi daerah di Jawa Timur (Jatim) dengan tingkat inflasi tertinggi kedua. Inflasi sampai sebesar 6,73 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 115,71.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (Diskop UKM dan PP) Sumenep Chainur Rasyid menyampaikan, untuk persoalan inflasi sudah diupayakan, meski memang tidak mudah mengatasi.
“Kami melakukan operasi pasar dengan tim, memastikan harga masih stabil,” kata pria dengan sapaan Inung itu.
Selain itu, sebagai upaya untuk mengatasi persoalan inflasi, pihaknya mengaku sudah menyiapkan beras sebenyak 20 ribu ton per bulan. Sementara untuk minyak goreng, sejauh ini masih belum bisa dipecahkan, tetapi persoalan harga di pasar masih terjangkau.
Salah satu sebab inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi bulanan.
“Kami juga bekerja sama dengan Bulog untuk stok beras. Selain itu secara teknis lebih detail belum ada upaya lain,” imbuhnya.
Diakui bahwa SUmenep memang menjadi rujukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dalam persoalan inflasi. Hal itu karena letak geografis Sumenep yang terdiri dari kepulauan ini menjadi salah satu faktor tingginya inflasi di Jatim.
Pewarta: Moh Razin
Redaktur: Wawan A. Husna