KABARMADURA.ID | Umumnya, tadarus dilakukan di masjid ataupun di musala. Namun hal berbeda dilakukan sebagian warga di Dusun Sumber Sere, Desa Tagangser Daya, Kecamatan Pasean. Mereka justru mengisi waktu kosong dengan bertadarus di tengah makam, khususnya di Bhuju’ Lemos.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Kebiasaan warga setempat bertadarus di makam ketika bulan puasa sudah berlangsung kurang lebih sejak 4 tahun lalu. Kebiasaan tersebut bukan tanpa alasan. Dipilihnya lokasi itu untuk melakukan tadarus bersama sebagai bentuk penghormatan kepada Bhuju’ Lemos beserta istrinya yang bernama Nyai Raddin Koning.
Salah satu tokoh pemuda Dusun Sumber Sere Mohammad Muslim mengatakan, Bhuju’ Lemos merupakan seorang pendatang yang giat mensiarkan ajaran Islam di wilayah itu. Sementara istrinya, nyai Raddin Koning merupakan tokoh di sana yang dikenal aktif sebagai penggerak sosial.
“Beliau itu pendatang. Tapi tidak tahu dari mana, sebab tidak ada data otentik mengenai hal itu. Namun, istrinya yang dikenal dengan nyai Raddin Koning adalah warga lokal sini. Bhuju’ Lemos ini sebagai tokoh agama, sedangkan sang istrinya sebagai tokoh sosial yang gemar membantu,” ungkapnya.
Muslim menegaskan, kegiatan tersebut hanya sebagai bentuk penghormatan kepada bhuju’ tanpa ada niatan lain yang mengarah pada kemusyrikan. Kegiatan itu juga tidak mengganggu terhadap aktivitas di musala maupun masjid di sekitar.
Selain tadarus, kata Muslim, warga setempat juga mengagendakan bersih-bersih di sekitar bhuju’ yang sudah biasa dilakukan setiap bulan puasa tiba.
“Nanti pengajian akbarnya dilakukan ketika lebaran. Bhuju’ Lemos ini juga dikenal sebagai orang pemalas yang sakti. Konon, beliau menyangrai jagung tanpa bara api,” ungkapnya, Minggu (2/4/2023).
Redaktur: Moh. Hasanuddin