Takut Rugi, Produksi Rumput Laut 8 Kecamatan di Sumenep Terhenti

News171 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | SUMENEP-Hingga saat ini, capaian produksi rumput laut Sumenep mencapai 165.990,46 ton. Capaian tersebut dihasilkan dari tujuh kecamatan, antara lain Saronggi, Bluto, Gili Genting, Talango, Ra’as, Arjasa, dan Kecamatan Sapeken.

Dinas Perikanan (Diskan) Sumenep tidak menentukan target untuk produksinya. Sejauh ini masih dipasrahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).

Banner Iklan

Fungsional Pengelola Ikan Ahli Muda Diskan Sumenep Moh. Subhan Hedir mengatakan, capaian produksi tahun 2023 terbilang menurun. Sebelumnya, memasuki Juli sudah mencapai kurang lebih 265 ribu ton. Saat ini diperkirakan akibat cuaca buruk, sehingga para pembudidaya  rumput laut enggan membudidayakan rumput laut.

“Perubahan cuaca juga menyebabkan petani rumput laut gagal panen, terkadang adanya hujan atau terlalu panas sehingga dapat menyebabkan tanaman rumput laut mati,” kata Subhan, Minggu (6/8/2023).

Berdasarkan data Diskan Sumenep, dari 27 kecamatan yang dimiliki kabupaten paling timur di Madura ini, 15 kecamatan di antaranya memproduksi rumput laut. Hanya saja, dari 15 kecamatan tersebut, yang berhasil hanya 7 kecamatan itu. Sedangkan 8 kecamatan lainnya tidak memproduksi karena air laut sedang tidak bagus. 

Baca Juga:  Pencairan Dana BPOPP SMA Sederajat di Sumenep Tersendat, Tunggu Surat dari Pemprov Jatim

Capaian terbanyak produksi rumput laut berada di Kecamatan Saronggi, yakni 45.833,60 ton. Selain Kecamatan Saronggi, produksi rumput laut di Kecamatan Bluto sebanyak 22.845,50 ton, Sapeken 43.146,00 ton, Ra’as 41.228,25 ton, Gili Genting 6.561,30 ton, Talango 6.356,12 ton, dan Kecamatan Arjasa 49,69 ton. 

Pria yang akrab disapa Subhan itu menambahkan, rumput laut adalah salah satu jenis tanaman yang manja, karena tidak dapat hidup di cuaca yang terlalu terik maupun cuaca yang dominan hujan. Sebab, sifat rumput laut itu ditanam di dekat permukaan air antara 10 sampai 20 sentimeter. Sehingga, perubahan cuaca yang ekstrim itu sangat berpengaruh.

Selain itu, kata Subhan bahwa faktor lain yang disinyalir menjadi penyebab buruknya hasil panen rumput laut saat ini, karena tidak adanya sirkulasi air akibat bentangan tali yang terlalu rapat. 

Baca Juga:  Dari 324 BUMDes di Sumenep, Hanya Dua yang Dapat Bantuan Keuangan

“Saat ini petani rumput laut berlomba-lomba untuk menghasilkan hasil panen sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan sistem penataan untuk mengatur sirkulasi udara dan air di antara bentangan tali,” kata pria asal Pamekasan itu. 

Sementara itu, pembudidaya rumput Laut Sanima asal Desa Kapedi, Kecamatan Bluto mengatakan, hingga saat ini di desanya tidak tanam rumput laut karena airnya jelek. Seusai ditanam, kebanyakan mati sehingga merugi. Dengan begitu, dia memilih berhenti dan merantau ke Jakarta untuk menjaga toko serta usaha lainnya. 

“Maklum kalau hasil produksi rumput laut saat ini lebih rendah dari tahun sebelumnya, karena petambak banyak yang tidak lagi menanam rumput laut itu,” ucap dia. 

Pewarta: Imam Mahdi

Redaktur: Wawan A. Husna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *