KABARMADURA.ID | SUMENEP-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur dan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sudah melakukan pengamatan dan survei mengenai fenomena getaran tanah disertai bunyi di Desa Moncek Tengah Kecamatan Lenteng Sumenep. Saat ini sudah ditemukan hasilnya.
Dalam pengamatan itu, tim LPPM ITN Malang membangi pengamatannya di tiga lokasi. Ketiga lokasi menjadi titik survei ground penetration radar (GPR). Lokasi 1, yang ketukan terasa paling keras. Terdapat tiga rumah di lokasi tersebut. Kemudian tim menandai dengan sebutan Rumah1, Rumah2, dan area sekitar Toko.
Sedangkan lokasi 2, di mana ketukan”terasa samar adalah halaman Rumah 3. Kemudian lokasi 3, yaitu lapangan di seberang Rumah 2 sebagai variabel kontrol.
Berdasarkan penjelasan Plt Kepala LPPM ITN Malang Ratri Andinisari, pengamatan tanah di bawah Rumah 1, yang merupakan hasil urukan batu gamping, menunjukkan struktur menyerupai rongga di kedalaman 4 hingga 6 meter. Namun dia meyakini fenomena itu bukan merupakan penyebab bunyi ketukan tersebut.
“Hasil survei kami, struktur berupa rongga di halaman Rumah 1 diperkirakan tidak memiliki korelasi dengan bunyi ketukan misterius yang terjadi pada 12 Agustus 2023 lalu,” katan Ratri, Rabu (30/08/2023).
Lalu hasil interpretasi data GPR mengindikasikan adanya struktur berupa batu gamping tersaturasi dan rongga di sepanjang tembok Rumah 2 yang berbatasan dengan jalan. Struktur itu memiliki kemenerusan ke arah tenggara hingga depan toko dengan total panjang hampir 30 meter dan kedalaman 10-13 meter. Batu gamping tersaturasi dan rongga juga terdeteksi di jalan dan halaman depan Rumah 3.
“Area dideteksinya struktur batu gamping tersaturasi dan rongga itu merupakan area di mana bunyi ketukan terdengar dan terasa efek getarannya,” tukasnya.
“Jadi, intinya tidak membahayakan pada masyarakat, harus tenang ya,” tuturnya.
Survei yang dilakukannya diakui sejalan dengan laporan observasi yang disusun oleh tim survei Stasiun BMKG Pasuruan dan tim Badan Geologi KESDM, bunyi ketukan misterius itu kemungkinan besar dipicu oleh mekanisme water hammer.
Batuan gamping yang beroperasi memungkinkan terjadinya rembesan fluida yang kemudian terakumulasi pada area dengan porositas tinggi. Area itu lalu teramati sebagai anomali berupa batu gamping tersaturasi pada observasi GPR.
Kemudian aktivitas gempa swarm di sekitar lokasi menyebabkan perubahan tekanan tiba-tiba di sekitar area akumulasi fluida, menekan udara yang terjebak, dan menyebabkan resonansi getaran oleh rongga-rongga di lokasi kejadian.
Hal itu berakibat pada terdengarnya suara ketukan dari bawah permukaan tanah disertai dengan getaran yang terisolasi pada area di permukaan rongga, yaitu perbatasan Rumah 2 dan jalan, depan Toko, hingga halaman di depan Rumah 3. Keberadaan anomali di lokasi survei cenderung sempit, terlokalisasi, dan tidak terkoneksi satu sama lain.
Area yang diperkirakan sebagai rongga juga tidak menunjukkan gejala adanya amblesan, retakan, dan semacamnya, sehingga area itu tetap aman ditinggali kecuali hingga terdapat gejala amblesan.
Harapannya, dengan hal tersebut,warga direkomendasikan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, tetapi tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya amblesan atau longsor.
“Selain itu, area terdeteksinya rongga bawah tidak boleh dibebani aktivitas terlalu berat, contohnya bangunan bertingkat atau aktivitas warga berskala besar ya,” tutup Ratri.
Diketahui, kejadian getaran terjadi pada Sabtu 12 Agustus 2023 pukul 09.00-11.00 WIB. Terdengar suara ketukan dari bawah permukaan tanah yang juga disertai getaran di Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Suara ketukan itu membuat panik warga dan sudah terjadi sejak tanggal 2 Agustus 2023 dengan intensitas yang lebih rendah.
Pewarta: Imam Mahdi
Redaktur: Wawan A. Husna