UTM Memulai Riset 6 Klaster Potensi Madura

KABARMADURA.ID | BANGKALAN-Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar focus group discussion (FGD), membahas kebijakan pengembangan riset kolaborasi perguruan tinggi.

 

Kegiatan yang berlangsung di gedung Cakra lantai 10 itu mendatangkan perwakilan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sebagai pembicara.

KM10082023
COVER 09 AGUSTUS 2023-1@1x_1
KM07082023
KM03082023

 

Rektor UTM Muh. Syarif mengungkapkan, program riset kolaborasi sebetulnya sudah sejak lama disiapkan dan berjalan sejak 3 tahun terakhir. Akan tetapi, sejauh ini belum berjalan secara maksimal. Sehingga dipandang perlu membahas kebijakan bersama seluruh stakeholder yang terlibat.

 

“Kolaborasi sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir, tapi belum begitu maksimal. Beberapa waktu yang lalu, kami juga menyampaikan program riset ini di Jakarta, oleh kementerian dianggap menarik. Makanya kami datangkan perwakilannya untuk memberikan semangat bagi kita semua,” ungkapnya pada Kabar Madura, Senin (14/11/2022).

Baca Juga:  Bupati Fauzi: Pemkab Sumenep Terbantu UNIBA dalam Penanganan Stunting

 

Menurutnya, terdapat enam klaster potensi lokal di Madura yang menjadi fokus dalam pengembangan riset kolaborasi. Keenamnya yakni jagung, garam, tembakau, energi, wisata dan ekonomi kreatif. Tak tanggung-tanggung, dalam riset ini anggaran yang dialokasikan mencapai Rp20 miliar.

 

“Kami fokus pengembangan pada enam klaster itu, hulu hilirnya sudah menyerempet, tinggal dilakukan evaluasi setiap tahun. Ruang kosong mana yang belum dilakukan riset, jangan sampai ada double kegiatan riset. Misalnya, melakukan riset garam, harus disampaikan s14dah sampai mana, hulunya sampai mana harus jelas. Termasuk interaksi dengan masing-masing program studi (prodi),” jelas Syarif.

 

Oleh karena itu, dalam FGD yang digelar, semua stakeholder yang berperan dalam riset diundang. Termasuk perguruan tinggi se-Madura, diharapkan memiliki kontribusi dalam riset kolaborasi.

 

“Sebetulnya UTM sudah mengarah ke sana (pengembangan, red), tapi masih ada keterbatasan, belum ada support dari pemerintah dalam hal penugasan. Karena kegiatan ini berkaitan dengan pemerintah daerah (pemda). Kalau saja di Madura di-support dengan masing-masing perannya kan bagus,” ujar Syarif.

Baca Juga:  KM.ID | SURABAYA -- Seluruh anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan telah bersertifikat kompeten sebagai wartawan. Tiga di antaranya baru dinyatakan kompeten dan lulus dalam pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) ke-44 di Ballroom PWI Jawa Timur, Kamis (29/9/2022). Ketiga wartawan tersebut, Achmad Soleh, dari tingkat Madya ke Utama, Tabri S Munir, dari Muda ke Madya dan Fathol Arifin, juga dari Muda ke tingkat Madya. Tambahan wartawan yang lulus UKW ini menjadikan seluruh anggota PWI Pamekasan dinyatakan kompeten. Dengan perincian, satu anggota bersertifikat Wartawan Utama, 15 anggota Wartawan Madya dan 27 anggota Wartawan Muda. "Kami bersyukur, teman-teman memilki kesadaran bersama untuk saling meningkatkan kapasitas dirinya sebagai wartawan di Pamekasan," kata Ketua PWI Pamekasan Tabri S Munir, Kamis (29/9/2022). Sebelumnya, PWI Pamekasan telah menggelar UKW Muda dan Madya, bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Pamekasan--diikuti 30 peserta dan 29 dinyatakan kompeten. "Alhamdulillah, semua anggota PWI Pamekasan bersertifikat kompeten," pungkasnya. Redaktur: Sule Sulaiman

 

Sementara itu, Direktur Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Kemendikbud Ristek M. Faiz Syuaib menuturkan, saat ini sudah era kolaborasi, baik dalam melakukan riset ataupun dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

 

“Kolaborasi ini bukan sekadar bekerja sama atau bekerja secara bersama, tetapi membuat bersama, mulai dari perencanaan, ide secara bersama, sehingga menghasilkan sesuatu bersama. Kampus ini kan mata rantai, mengkonversi potensi yang kita punya untuk menghasilkan produk, kemudian menghasilkan manfaat, dampak dan kembali menggali potensi. Makanya kami sebut mata rantai,” tuturnya.

 

Reporter: Fathurrohman

 

Redaktur: Wawan A. Husna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *