KABARMADURA.ID | SUMENEP-Penolakan terhadap rencana pembukaan tambak garam di kawasan pantai Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, terus digalakkan. Warga setempat tetap kokoh pasang badan bahkan memblokir akses masuk kendaraan yang diduga mengangkut material kebutuhan pertambakan.
Mereka aktif melakukan penjagaan ketat di kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih atau wilayah terdekat lokasi yang akan dibuka tambak garam. Penjagaan itu untuk mengantisipasi masuknya material untuk penggarapan lahan yang akan dibuka tambak garam.
Ketua RT 01 RW 01 Dusun Gersik Putih Barat, Achmad Siddik, mengatakan bahwa patroli ke sejumlah titik di sekitar lokasi pantai yang akan digarap siang dan malam rutin dilakukan oleh warga. Mereka tidak ingin kebobolan material untuk bahan penggarapan tambak yang didatangkan penggarap masuk lokasi.
“Masyarakat, khususnya yang ada di kampung Tapakerbau aktif jaga dan patroli. Kami cek, kalau ada angkutan material yang masuk. Tadi, malam ada pick-up pengangkut bambu dihentikan, ternyata bukan untuk lahan baru yang akan dibangun, tapi lokasi lama. Kemudian, kami biarkan,” kata dia.
Dia menjelaskan, penjagaan yang dilakukan oleh warga lantaran adanya informasi yang diterima bahwa penggarapan akan dimulai pekan ini. Sebagian material sudah didatangkan tanpa sepengatahuan warga melalui jalur laut dari Pelabuhan Kalianget.
“Kami juga sudah cek ke lokasi, memang ada material seperti bambung untuk pancung dan saksak. Diangkut dari Pelabuhan Kalianget menggunakan perahu,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Gerakan Masyarakat Menolak Reklamasi (Gema Aksi) Amirul Mukminim meminta Pemerintah Desa Gersik Putih dan investor tidak memaksakan kehendaknya menggarap kawasan pantai di desanya.
Dia menilai, upaya mendatangkan beberapa material terkesan memancing emosi warga yang menolak rencana pembangunan tambak garam.
“Biarkan masyarakat tenang, apalagi sekarang bulan puasa. Jangan provokasi dengan mendatangkan material. Itu membuat kampung tidak kondusif,” pintanya.
Apalagi, tambah Amirul, Komisi II DPRD Sumenep sebelumnya telah meminta supaya tidak ada penggarapan lebih dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan demi kondusivitas masyarakat.
Konflik warga yang menolak dengan pihak pemerintah desa bersama investor dihawatirkan terjadi jika penggarapan dipaksakan.
“Point itu (jangan digarap dulu sebagaimana rekomendasi Komisi II, red) yang seharusnya diperhatikan demi keamanan. Hentikan pengiriman material,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Gersik Putih Mohab lagi-lagi tidak bisa memberikan komentar terkait adanya polemik tersebut. Dihubungi Kabar Madura berkali-kali melalui sambungan telepon selulernya tidak merespon.
Sebelumnya, penolakan warga Gersik Putih itu karena khawatir tambak garam akan merusak ekosistem dan biota laut serta berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar.
Selain itu, pembukaan tambak garam tersebut akan berdampak terhadap ekonomi. Sebab, selama ini menjadi tempat warga menangkap ikan dan mencari biota laut lainnya. Biota laut tersebut yang setiap hari dijual di pasar dan jadi mata pencaharian warga setempat.
Warga sudah menyampaikan penolakannya ke pemerintah desa dengan melakukan audiensi dan berunjuk rasa di kawasan pantai. Bahkan, mengadukan persoalan tersebut ke Komisi II DPRD supaya ikut mengawal aspirasinya menolak pembukaan tambak garam, namun tidak mendapat respon.
Pewarta: Moh Razin
Redaktur: Wawan A. Husna