KABARMADURA.ID — Welcone, Hanan Attaki! Kita semua berproses menuju manusia yang lebih baik. Kalau dulu hijrah secara fisik baginda Rasul pindah dari Makkah ke Madinah, kini banyak anak muda yang hijrah belajar tentang Islam agar menjadi pribadi yang lebih baik.
“Namun apa jadinya jika seorang ustaz yang selama ini membimbing mereka mengenal Islam malah merasakan kehampaan diri. Jiwanya meronta hendak mencari sang pembimbing yang memberikan jawaban akan apa yang dicarinya selama ini,” ujar Nadirsyah Hosen menanggapi Hanan Attaki yang baru saja dibaiat dan bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Boleh jadi, tambah Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand itu, ketenaran yang dialami Hanan Attaki sejauh ini tidak melahirkan ketenangan. Bisa jadi dia yang membimbing sejatinya justru butuh lebih banyak bimbingan. Suatu hal yang sebenarnya lumrah.
Dijelaskan, ada yang mencari Allah; ada pula yang dicari Allah. Salman al-Farisi mengembara mencari kebenaran kabar yang dia terima akan datangnya Rasul terakhir. Pencariannya berakhir saat bertemu Nabi Muhammad. Ada pula model seperti Umar bin Khattab yang tiba-tiba meleleh mendengar bacaan ayat Alquran dan sejak itu terus mendampingi dakwah Nabi.
“Ketika tiga jam ustaz Hanan Attaki bertemu Kiai Marzuki Mustamar, dialog dari hati ke hati dalam bahasa Arab, ternyata mampu meluluhkan hati Sang Ustaz. Air mata mengucur, seolah dia terlahir kembali menemukan apa yang dia cari. Inilah jawaban dari doanya saat i’tikaf di Masjidil Haram. Dia bertemu Sang Guru,” kata Gus Nadir, panggilan akrab Nadirsyah Hosen.
Tanpa ragu di depan ribuan jamaah, tambahnya, Hanan Attaki mengucapkan baiat untuk memegang teguh Aswaja, NU dan NKRI. Gus Nadir mengaku turut hadir menyaksikan dan menemaninya malam itu.
“Welcome to the club, Bro Hanan Attaki. Sejak malam itu, di setiap langkah dakwahmu, ada doa-doa Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan para masyayikh NU menemanimu,” tukasnya.
Redaktur: Hairul Anam