Gandeng Aliansi BEM Sampang, DEMA STAI Muafi Gelar Dialog Moderasi Beragama

Pendidikan195 views

KABAR MADURA | DEMA STAI Muafi Sampang menggelar Dialog Moderasi Beragama, Sabtu (28/12/2024). Acara yang menggandeng BEM se-Kabupaten Sampang itu mengusung tema “Berbeda dalam Keyakinan, Bersama dalam Kebaikan”.

Pendeta Djoesoef Daryanto bertindak sebagai narasumber pertama, disusul dr. Ita Fajria Tamim, M. Kes sebagai narasumber kedua.

Pendeta Djoesoef Daryanto menjelaskan, perbedaan itu merupakan suatu keunikan, tapi justru keunikan ini yang rentan menyebabkan masalah.

Menurutnya, masalah moderatisme paling kompleks yang terjadi itu mayoritas karena faktor agama. Jumlah pengikut suatu agama dijadikan sebagai penilaian, ketakutan pada pengaruh ajaran lain bahkan hingga politisasi agama itu sendiri.

“Saya ingin sampang ini menjadi lebih baik, kuncinya adalah melalui kebersamaan dan melalui gorong royong. Marilah kita berpikir dengan hati bukan malah mencari keuntungan pribadi,” jelasnya.

Sementara itu, dr. Ita Fajria Tamim menegaskan bahwan egara Indonesia ini adalah negara yang plural serta negara yang majemuk. Maka untuk menyikapi hal tersebut, toleransi adalah pondasi entitas. Upaya untuk mengatasi konflik, pertama dapat dilakukan dengan memperbaiki mindset.

“Meskipun kita sebagai muslim merupakan mayoritas, marilah kita bersikap empati dengan agama lain. Kemudian yang kedua behavior, jangan melakukan sesuatu yang dapat melukai orang lain. Jika kita ingin dihargai orang lain, maka kita juga harus bisa menghargai,” ujarnya.

Acara tersebut diikuti mahasiswa STAI Muafi Sampang dan keterwakilan dari 12 BEM se-Kabipaten Sampang, serta organisasi kepemudaan seperti IPNU dan IPPNU. Juga dihadiri oleh seluruh civitas akademik STAI Muafi Sampang.

Baca Juga:  Siswa Madrasah Negeri di Sumenep Gelagapan saat Ujian Pakai Android

Ketua STAI Muafi Sampang Dr. Zaglul Fitrian menyatakan, memberikan pemahaman moderasi beragama menjadi penting di tengah masyarakat, terutama di dunia kampus.

“Kegiatan dialog moderasi beragama seperti ini kita dukung penuh untuk terus diadakan dengan mengundang pakar, baik dari kalangan muslim atau bahkan non-muslim. Tentunya ini sejalan dengan motto kampus STAI Muafi sendiri, yaitu moderat, religius, dan progresif,” bebernya.

Pihaknya juga mendorong agar mahasiswa bisa menerapkan nilai-nilai moderasi, di samping menjadi harapan agar mereka mampu mengajak orang lain bersikap moderat di tengah masyarakat yang majemuk.

Banner Iklan

“Menjadi muslim yang taat dengan ajaran agamanya dan peduli denfan sesamanya yang berbeda keyakinan. Selain memperkokoh ukhuwwah islamiyah, kita dituntut untuk memperkokoh ukhuwwah insaniyah sebagai sesama manusia, dan ukhuwwah wathaniyah sebagai warga negara Indonesia,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Presma STAI Muafi Sampang Noersalam mengapresiasi setinggi-tingginya buat semua elemen kampus, mahasiswa, khususnya panitia yang telah mensukseskan acara dialog.

Pihaknya juga mengapresiasi kedua narasumber, pihak kepolisian, dan Aliansi BEM Sakpang yang telah membersamai agenda besar tersebut.

“Harapannya semoga kegiatan ini dapat menghasilkan konstruk keilmuan yang baru dan moderat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ulasnya.

Mahasiswa, menurutnya, harus menjadi garda terdepan dalam menyongsong peradaban yang lebih baik dan maju ke depannya. Perbedaan adalah hal yang biasa, persaudaraan adalah rasa yang harus kita rawat dan jaga.

Baca Juga:  Puncak Tema, KB Taman Ilmu-RA Miftahul Ulum Kapedi Datangi Polsek Bluto

Dalam pengamatannya, mahasiswa saat ini mulai terbuka cakrawala berpikirnya. Mereka tidak gagap dalam merespons ragam perbedaan, termasuk perbedaan dalam beragama.

”Kita mantapkan diri bahwa perbedaan itu indah. Atas hal itu, perbedaan jangan sampai menjadi peretak kebersamaan. Namun, harus jadi pemantik terkuatnya kebersamaan,” katanya.

Keynote speaker Kasat Intelkam Polres Sampang AKP Rochim Soenyoto mengapresiasi segala acara yang menjurus pada kerukunan umat beragama.

“Mahasiswanya keren banget dan semangat, sopan, sukses selalu kampus ke depan lebih maju. Tentu kemajuan bisa kita peroleh bila kita tidak jemu dalam berproses. Utamanya berproses untuk memantapkan diri dalam menghargai perbedaan. Salah satunya perbedaan dalam beragama,” ujarnya.

Pihaknya berharap kegiatan-kegiatan atau segala acara yang menyangkut koderasi beragama terus digalakkan di Kabupaten Sampang. Terutama oleh elemen kampus.

”Ketiga kaum terdidik punya kepedulian tinggi tersebut ragam perbedaan dalam beragama, tentu kita bisa merasakan harmoni kehidupan dalam berbangsa, bernegara, dan bergama,” katanya.

Acara Dialog Keragaman Beragama tampak berlangsung dinamis. Para peserta bersemangat menyampaikan pendapatnya. Termasuk tidak segan bertanya secara kritis kepada kedua narasumber.

Kedua narasumber terlihat juga antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta. Termasuk gagasan atau pendapat yang disampaikan peserta, oleh pemateri ditanggapi dengan argumentasi kuat disertai ragam  referensi. (sub/zul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *