KABAR MADURA | Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) menggelar Studium General dengan tema “Tantangan Public Relations di Era Post-Truth” (Pentingya AI & Kreativitas), di Auditorium Fikom Unitomo, Rabu (13/11/2024).
Dalam sesi pembuka Lutfi Subagio, CEO Mediatrust PR menyampaikan bahwa Era Post-Truth telah mengubah cara atau pola berpikir di masyarakat, di mana fakta objektif dan data menjadi kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi atau keyakinan pribadi.
“Hari ini, pelaku medsos banyak yang terjangkit Syndrome Echo Chamber (kondisi di mana kita hanya mendengar apa yang kita teriakkan tanpa tahu kondisi nyata),” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa mahasiswa komunikasi harus berbeda, wajib paham setiap hari apa yang dia baca, karena gerbang melihat dunia adalah dengan membaca.
“Kita harus melihat fakta yang terjadi di medsos, bagaimana yang benar bisa menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Kita harus bersiap diri menghadapi kenyataan yang ada, maka tentu belajar sekaligus praktik menjadi pondasi utama untuk menjangkau masa depan,” bebernya.
Lutfi Subagio juga menghibahkan Dashboard Monitoring berbasis Big Data ke Fikom Unitomo agar dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital mahasiswa.
“Big Data ini diharapkan menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa Fikom Unitomo, agar mahasiswa nantinya setelah lulus jauh sudah punya bekal memasuki dunia kerja,” ungkapnya.
Slow Ahmadi Neja, Dosen Muda Fikom Unitomo mengatakan bahwa Big Data nantinya dapat digunakan untuk memantau tren informasi dan menciptakan konten yang lebih tepat sasaran, bahkan dapat digunakan untuk mengolah data.
“AI membantu kita memahami audiens dengan lebih baik, memprediksi respons mereka, dan menciptakan strategi komunikasi yang lebih personal dan relevan serta dapat difungsikan buat mencari data dan mengolah data,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa Era Post-Truth menuntut para mahasiswa Ilmu komunikasi khususnya di Peminatan Corporate Commuication atau Public Relation untuk lebih cermat dalam menyaring informasi yang akan disampaikan kepada publik.
“Kita harus berhati-hati dalam memilih dan menyampaikan informasi, serta memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya menarik, tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tutupnya. (nam)