KABAR MADURA | Menjadi berprestasi bukan datang tiba-tiba bagi Tuffatul Masruroh, peraih juara 1 pada lomba musabaqah qiroatul kutub (MQK) tingkat nasional yang diadakan Lembaga Dakwah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.
KHOYRUL UMAM SYARIF, PAMEKASAN
Sosok yang lahir di tanggal 17 September 2004 itu memang suka mencoba hal baru. Bahkah, pada semester pertama di HKI IAIN Madura itu sudah ikut 8 lomba, tiga di antaranya dia gagal. Tapi dalam perjalanannya dia tidak pernah menyerah.
Pada lomba berhadiah umroh ini (MQK tingkat nasional) terdapat 400 peserta. Tetapi dia tetap optimis. Pastinya diupayakan dengan cara usaha maksimal dan pasrah total. Apalagi, lawannya ada yang lulusan pasca sarjana, dari ma’had ali, atau dari pesantren yang saban hari terbiasa dengan membaca kitab kuning.
“Tidak harus melulu menjadi pemenang, tapi harus bermental pemenang, karena akan banyak belajar dan belajar meski gagal akan tetap terus berusaha bukan malah terpuruk,” ungkap aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu.
Diceritakan, metode belajarnya menerapkan cara orang Jepang, yakni; 30 menit belajar dengan 5 menit istirahat atau 1 jam belajar 10 menit istirahat. Terlebih, faktor lingkungan dan keluarganya secara mayoritas fokus mengaji kitab kuning, dia pun ikut suka baca kitab kuning.
“Saya sangat bersyukur atas fadhol Allah dan semakin percaya kalau bagi Allah tidak ada yang mustahil serta semakin yakin kalau doa ibu tidak ada duanya dan merupakan jimat tersakti di dunia,” ucap Tuffatul.
Sejatinya, Tuffatul tidak menyangka akan juara 1, karena melihat lawannya yang nampak lebih cakap. Terlebih, saat pembacaan nama-nama peraih juara harapan, namanya tidak kunjung disebut. Ternyata justru disebut sebagai peraih juara 1.
Dia juga membagikan trik dan tips bisa cakap baca kitab kuning, yakni: belajar ilmu alatnya seperti nahwu, shorrof bahasa Arab, dan lainya. Tetapi Tuffatul mengawalinya dengan belajar kitab para ulama salaf, seperti urmiyah, imrithi, alfiyah, dan lainnya.
Dalam setiap prosesnya, dia menjelaskan, memang perlu waktu lama, karena tidak jarang materinya bisa tetapi kurang di praktiknya. Sehingga perlu ketelatenan dan kebiasaan.
“Mungkin kalau ingin cepat bisa ikut program khusus baca kitab. Namun itu perlu lebih diperdalam lagi. Jika ingin bisa membaca sekaligus memahami, banyak karya ulama salaf. Karena banyak yang bisa baca kitab namun pemahamannya kurang atau bahkan salah, jadi diperlukan guru,” urainya. (waw)
Tuffatul Masruroh (Tuhfah)
Lahir 17 September 2004
Tinggal di Pancoran Barat, Kadur, Pamekasan.
PENGALAMAN PENDIDIKAN
RA Hidayatul Mubtadiin
MI Hidayatul Mubtadiin (Tidak Lulus)
SDI Tarbiyatud Diniyah
SMPI Tarbiyatud Diniyah
SMKI Tarbiyatud Diniyah
PP SALAFIYAH 2 BANGIL (PESANTREN)
PENGALAMAN ORGANISASI
DI PESANTREN
Kader Dakwah
Forum Musyawwarah Fathul Qorib (Formufaq)
SAAT KULIAH
PMII (external)
UKM IQDA (internal)
Fradiksi IAIN Madura
PRESTASI YANG DIPEROLEH:
Juara Harapan 1 Hifdzu Nadzmi Imrithi tingkat provinsi
Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an tingkat instansi (pesantren)
Juara 2 Book Trailer Competition Berbahasa Madura oleh Perpustakaan IAIN Madura
Juara 2 Lomba Baca Berita Bahasa Arab oleh SLATS.
Juara 3 Lomba Bilingual (Arab + Inggris) oleh SLATS.
Juara 1 Baca Kitab Adabud Dunya Waddin batas umur 15-25 tingkat nasional