KABAR MADURA | Puncak musim kemarau menjadi penyebab kekeringan semakin meluas di Sumenep. Desa Gunggung, Kecamatan Batuan menjadi desa ke-65 yang mengalami kekeringan.
Semula, desa yang mengalami kekeringan sebanyak 59 desa rawan kekeringan, tersebar di 19 kecamatan. Kemudian, bertambah 5 desa yakni Batuputih Laok Kecamatan Batuputih, Desa Gayam, Pancor, Naggar, Kaloang di Kecamatan Nonggunong menjadi 64 desa.
“Saat ini ada penambahan 1 desa sehingga menjadi 65 desa yang terjadi kekeringan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sumenep Ach. Laili Maulidi melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik (KL) Sumenep Akh. Taufik, (12/8/2024).
Menurutnya, meskipun bertambah, hingga saat ini masih belum dilakukan dropping air, karena masih menunggu desa-desa yang lain yang mengajukan bantuan sebelumnya.
Pihak melakukan dropimg bagi desa yang melakukan pengajuan dengan cepat. “Saat ini dropping air masih dilakukan di daerah kering kritis,” tuturnya.
Sejauh ini, droping air yang dilakukan BPBD Sumenep, uakni ke Desa Montrona, dan Desa Prancak Kecamatan Pasongsongan, Desa Kombang Kecamatan Talango, Desa Basoka Kecamatan Rubaru, Desa Badur, Desa Tengedan, Desa Batuputih Daya Kecamatan Batuputih.
“Ini masih jangka panjang. Tetapi, untuk dropping air yang kurang akan disegerakan,” ucap dia.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumenep Usman Kholid mengaku, sangat wajar jika terus terjadi kekeringan, sebab saat ini sudah masuk pada puncak musim kemarau yang diprediksi akan terjadi hingga September 2024 mendatang.
Pewarta: Imam Mahdi
Redaktur: Fathor Rahman