KABAR MADURA | Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskop UKM dan Perindag) Sumenep Moh. Ramli mengakui tidak semua produk batik Sumenep dapat dipasarkan ke luar daerah.
“Ada 73 unit usaha batik yang sudah mandiri, artinya sudah ada bagian khusus desain dan lainnya, sedangkan yang dapat dipasarkan keluar daerah ada 15 produk batik,” kata Moh. Ramli, Rabu (2/10/2024).
15 produk usaha batik tersebut antara lain Canteng Koneng, Paregih, serta jenis usaha batik lainnya. Untuk jumlah pembatik, yang tercatat di Diskop UKM dan Perindag Sumenep sekitar 600 orang.
Mengenai pembinaan ke seluruh pembatik, saat ini tidak ada program tersebut. Semua pelaku usaha batik cenderung mandiri. Bahkan, pada tahun 2025 nanti, tidak ada rencana mengenai program khusus pembinaan batik. Alasannya karena keterbatasan anggaran
“Kami hanya membantu untuk melakukan pameran salah satunya pameran khusus batik,” ucap dia.
Sebenarnya, kata Ramli, batik merupakan produk unggulan Kabupaten Sumenep dalam sektor industri kreatif atau dalam kategori karya tekstil. Sentra terbesar, yakni di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto. Unit-unit usaha yang lain mulai bermunculan juga terhadi di Desa Langsar, Talango, Batuan, Mandala, Batang-Batang, Pasongsongan, Prenduan, dan lainnya.
“Saat ini, industri batik di daerah Sumenep sudah mulai mau berkembang. Harapannya, semua batik tulis di Sumenep dapat terkaver dan mengalami kemajuan,” paparnya.
Sementara itu, anggota DPRD Sumenep Juhari mengutarakan, pembinaan khusus para pelaku usaha batik itu sangat penting. Dengan begitu, produknya tambah diminati, tidak adanya anggaran khusus mengenai pembinaan batik perlu diupayakan, agar batik Sumenep semakin banyak diminati masyarakat hingga luar daerah.
“Hal ini tentu menjadi PR organisasi perangkat daerah (OPD) teknis, ke depan perlu diperjuangkan mengenai pembinaan itu,” tuturnya. (imd/waw)