KABAR MADURA | Grafik stunting di Pamekasan tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, masih diperlukan pengoptimalan dalam menurunkan angka stunting. Sebab, saat ini masih tercatat ribuan balita terindikasi stunting. Bahkan, juga terdapat ribuan anak balita lainnya yang berpotensi akan mengalami stunting.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan dr. Saifuddin mengatakan, terjadinya stunting itu lantaran pola pengasuhan yang kurang tepat, mulai dari pemenuhan gizi yang kurang optimal dan lain sebagainya. Sehingga, berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang tidak sesuai dengan standar umur dan gender.
“Tahun 2021 stunting di angka 38,8 persen, 2022 diangka 8,1 persen, 2023 melonjak 25,1 persen, dan sekarang; Januari hingga Agustus 2,32 persen atau 1.354 balita. Sekarang, itu sudah di bawah target yang ditetapkan pusat ataupun provinsi,” ungkapnya, Rabu (4/9/2024).
Disebutkan, dalam pencegahan stunting, pihaknya rutin melakukan penimbangan terhadap balita melalui puskesmas yang tersebar di setiap wilayah kecamatan. Hal itu dilakukan guna mengidentifikasi balita atau anak yang resiko stunting atau bahkan yang mengalami stunting.
Sehingga, berdasarkan identifikasi tersebut, instansinya bisa memberikan intervensi kepada setiap keluarga dalam pencegahan stunting.
Intervensi yang dilakukan berupa edukasi mengenai sistem pola asuh dan pemenuhan gizi yang seimbang kepada anak. Selain itu, instansinya juga mengalokasilan makanan bergizi untuk anak yang bersangkutan.
“Upaya itu dilakukan yang berpotensi stunting menjadi normal, dan yang sudah stunting tidak lagi menjadi stunting. Kita semua; pemerintah, masyarakat harus sama-sama peduli dalam pengentasan stunting ini,” tutup Saifuddin kepada Kabar Madura.
Untuk diketahui, berdasarkan data di Dinkes Pamekasan, jumlah balita terbanyak alami stunting ada di Puskesmas Kowel, yakni 260 balita dari keseluruhan populasi 3.424 balita. Kemudian disusul dengan Puskesmas Kadur, yakni 186 dengan total jumlah balita 3.486. Tertinggi ketiga di Puskesmas Tlanakan dengan jumlah stunting 166 dari 3.000 balita. Serta disusul 18 puskesmas lainnya yang tercatat di bawah seratus kasus stunting.
Sementara itu, berdasarkan data di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, tahun ini terdapat 7.134 keluarga penerima manfaat (KPM) yang terkaver dalam bantuan pangan risiko stunting dari pusat. Masing-masing mendapatkan telur 10 biji dan ayam 1 kilogram. (nur/zul)
2021: 38,8 persen.
2022: 8,1 persen,
2023: 25,1 persen,
2024 (Januari-Agustus): 2,32 persen
Sumber: Dinkes Pamekasan
Kondisi Balita 2024 (Januari – Agustus)
Stunting: 1.354 balita
Gizi buruk: 346 balita
Gizi kurang: 1.553 balita
Underweight: 337 balita
BB tidak naik: 17.072 balita
Sumber: Dinkes Pamekasan
Bantuan Pangan Risiko Stunting:
7.134 KPM terkaver bantuan. Masing-masing mendapatkan 10 butir telur dan 1 kg ayam.
Sumber: DKPP Pamekasan