Perjalanan Misruji sebagai Pengelola Sampah: Ingin Bisa Sulap Semua Sampah Jadi Bermanfaat

News29 views

KABAR MADURA | Ribuan ton sampah menjadi pemandangan sehari-hari bagi seorang warga asal Jalan Pintu Gerbang, RT/RW 03/08, Kelurahan Bugih, Mohammad Misruji. Pekerjaannya sebagai pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) membuat dia bersahabat dengan bau busuk sampah yang setiap hari datang puluhan ton. Namun, hal itu tidak menjadikannya jenuh atau bahkan jijik untuk menyulap sampah-sampah itu menjadi hal yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. 

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN 

Perannya sebagai pengelola sampah di kota yang memiliki luas 792,30 km persegi ini dimulai sejak 2017. Meski masih terbilang baru, perannya dalam pengelolaan sampah cukup berdampak terhadap masyarakat sekitar. Ruji mengaku, banyak hal yang dipelajari di dunia persampahan. Salah satunya, cara menekan tumpukan sampah tidak menimbulkan bau menyengat, utamanya saat musim hujan. 

Baca Juga:  Ciptakan Kemacetan, CFD di Arek Lancor Dikeluhkan Warga

“Dari sini saya belajar tentang sanitari randfill, yakni metode penimbunan sampah dengan tanah. Selain itu, juga belajar bagaimana cara memanfaatkan semua jenis sampah,” jelasnya, Kamis (14/3/2024). 

Menurut bapak dua anak itu, setiap jenis sampah bisa dimanfaatkan. Itulah yang menjadi fokusnya ke depan, yakni menjadikan semua sampah bisa bermanfaat. Mulai dari sampah plastik, popok, botol, dan lainnya. Dia mengatakan, sampah-sampah itu bisa dijadikan kompos, kerajinan tangan, ataupun semacamnya. 

Saat ini, dirinya fokus pada pemanfaatan popok bekas, yang notabene dianggap tidak memiliki nilai manfaat. Padahal, jenis sampah itu bisa dibuat pot yang sekarang dalam tahap percobaan oleh pihaknya. 

Baca Juga:  Gedung Baru KPU Pamekasan Dianggarkan Rp5 Miliar, Sementara Tahapan Pembangunan Diberhentikan

Ruji menuturkan, pemanfaatan sampah yang bisa didaur ulang, baik dijadikan kerajinan tangan atau kompos, cukup berdampak terhadap masyarakat. Dia menyebut, warga sekitar TPA memiliki kreativitas dalam pengelolaan sampah-sampah tersebut. Bahkan, bisa menghasilkan nilai ekonomi. 

“Sampah yang masih diolah untuk kompos masih 30 persen, plastik 70 persen.  Nah, yang bahan-bahan seperti popok ini masih lima persen. Targetnya ke depan, menjadikan semua jenis sampah memiliki nilai manfaat,” ungkap pria kelahiran 1972 tersebut.

Redaktur: Sule Sulaiman 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *