KABAR MADURA | Sekitar dua tahun lalu, wacana pembentukan Taman Budaya hingga kini tak kunjung terealisasi. Bahkan, muara dari rencana tersebut belum mendapatkan kejelasan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan.
Ketua Dewan Kesenian Pamekasan (DKP) Widya Pratopo mengatakan, tidak ada koordinasi lebih lanjut terkait rintisan Taman Budaya yang direncanakan akan ditempatkan di Kelurahan Kowel tersebut, terlebih saat aktivitas Pasar Kolpajung direlokasi ke area Taman Kowel.
“Sehingga kami para pengurus, merencanakan untuk mengembalikan MoU Taman Kowel ke pihak terkait,” tegas Widya kepada Kaabar Madura.
Wacana yang muncul sejak pemerintahan Bupati Baddrut Tamam para 2022 itu, digadang-gadang nantinya akan menjadi pusat dari segala kegiatan seni dan budaya di Pamekasan. Tentu dengan pemenuhan fasilitas seperti gedung pertunjukan, ruang galeri dan lain sebagainya. Namun, hingga awal tahun 2024 pembahasan realisasinya masih belum jelas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdukbud) Pamekasan Akhmad Zaini mengatakan, pihaknya tidak mengetahui terkait realisasi wacana tersebut. Selama ini, instansinya hanya memiliki porsi untuk menyalurkan dana hibah pemkab ke DKP.
“Tidak tahu ya soal itu (realisasi Taman Budaya, red). Katanya itu DKP. Kami hanya menyalurkan dana hibah saja,” jelasnya.
Terpisah, salah seorang pelaku seni sekaligus budayawan Pamekasan Arief Wibisono sangat menyayangkan atas ketidakjelasan realisasi wacana tersebut. Menurutnya, dengan terbentuknya Taman Budaya akan berdampak baik kepada semua kalangan, baik pelaku seni ataupun non pelaku seni. Bahkan, juga bisa mendorong kemajuan ekonomi masyarakat sekitar.
“Perputaran ekonomi sekitar tentu akan berdampak, karena ini nanti akan menjadi pusat atau media bagai pelaku seni untuk berkarya,” paparnya.
Arief menuturkan, selama ini grafik perhatian pemkab terhadap kesenian masih cukup rendah. Sehingga, diperlukan koordinasi lebih masif antara pelaku atau pegiat seni dengan stakeholder kepemerintahan terkait. Ia berharap, realisasi Taman Budaya bisa segera mendapatkan kejelasan.
“Sebenarnya ini wacana bagus, tapi entah apa alasannya hingga kini buram. Jadi perlu koordinasi yang jelas juga, stakeholder yang bertanggung jawab atas ini siapa, begitu pun dengan koordinasinya ke bawah,” jelas Ketua Rumah Budaya tersebut.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Hairul Anam