Cerita Tiwuk Sutanti, Panelis Debat Pilkada 2024 di Empat Kabupaten; Tidak Mau Kehilangan Kesempatan Pertama

Berita, News161 views
Banner Iklan

KABAR MADURA | Terpilih menjadi salah satu panelis di debat publik peserta Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024 menjadi suatu hal yang tidak terduga bagi Tiwuk Sutanti. Pasalnya, hal itu menjadi pengalaman pertama bagi perempuan kelahiran 14 Agustus 1975 tersebut.

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN

Bagi Tiwuk, menjadi panelis memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Menurutnya, menjadi panelis tidak hanya sebagai pembuat soal. Namun, bagaimana setiap soal yang dibuatnya bisa membuat masyarakat mengetahui lebih dalam mengenai visi-misi kandidat pasangan calon (paslon). Kata Tiwuk, dalam membuat soal harus disertai dengan data yang valid, sebab itu akan berpengaruh pada arah kebijakan kandidat yang diutarakan ke publik saat debat.

Baca Juga:  Kejutan! NasDem Rekom Fauzi, Mas Kiai Fikri Gagal Bertarung di Pilkada Sumenep?

“Menjadi panelis itu ngeri-ngeri sedap, dan itu sangat berkesan semua, apalagi ini adalah pengalaman pertama,” terangnya, Kamis (14/11/2024).

Dosen yang berzodiak Leo itu menambahkan, dirinya tidak mau kehilangan kesempatan pertama. Oleh karena itu, ketika mendapat penawaran menjadi panelis tahun ini, dirinya langsung menyetujuinya. Bahkan, Tiwuk tidak hanya menjadi panelis di Pamekasan, namun juga di tiga wilayah lainnya di Jawa Timur, yakni Sumenep, Sampang, dan Kota Blitar.

Kendati langsung menyetujui permintaan sebagai panelis, dirinya tidak serta merta datang tanpa persiapan. Hal pertama yang disiapkan adalah mental. Sebab menjadi panelis itu menyangkut hajat banyak orang. Jadi, dirinya sangat hati-hati dalam merumuskan soal.

Baca Juga:  Atlet Taekwondo Pamekasan April Dwi Rahayu Raih Medali di Tingkat Internasional

“Jangan sampai pertanyaan kita menggiring opini negatif. Tapi harus menggiring masyarakat untuk mengetahui visi misi paslon lebih dalam,” jelasnya.

Bagi dosen IAI Al-Khairat itu, setiap kota memiliki atmosfer dan kesan tersendiri selama menjadi panelis.

“Pertama kita rumuskan soal, kemudian dibedah, kemudian menentukan soal apa saja, disegel, dan dibawa ke lokasi debat. Selama proses itu tidak ada campur tangan penyelenggara,” tutupnya. (zul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *