KABARMADURA.ID | SUMENEP–Popos atau daun lontar di Sumenep semakin memiliki nilai ekonomis. Bahkan dapat menumbuhkan penghasilan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di tingkat desa.
Salah seorang pengepul daun lontar asal Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Fadholi, menjelaskan bahwa popos ini dikirim ke Pulau Bali. Harganya juga cukup menarik.
“Harganya beragam, dari Rp5.000 sampai Rp15.000 setiap satu daunnya, biasanya satu pohon bisa diambil dua popos dan daun siwalan yang sudah tua, yang biasanya digunakan untuk tikar khusus,” kata dia.
Tikar yang diproduksi warga itu biasanya digunakan untuk membungkus daun tembakau kering yang sudah diiris dan siap didistribusikan ke pabrik-pabrik rokok di berbagai daerah.
Meski harganya cukup tinggi, namun permintaan tikar anyaman daun lontar dapat dikatakan tetap banyak dan tak mengalami penurunan.
“Kalau harga tikar sampai Rp35 ribu dan Rp40 ribu,” imbuhnya.
Sementara untuk poposnya tidak usah dianyam, tinggal dikeringkan lalu dijual, itu menurut dia sangat menambah pendapatan warga Desa Karduluk. Sehingga daun popos itu juga dibeli ke daerah lain, bahkan keluar Sumenep.
Dikatakan, daun popos atau pucuk dari siwalan itu dijadikan hiasan di Bali. Bahkan digunakan pada kegiatan-kegiatan atau acara rutin, sehingga pesanan popos tidak pernah sepi.
“Kalau poposnya cukup efektif, tinggal dikeringkan sudah dipastikan laku,” pungkasnya.
Pewarta: Moh. Razin
Redaktur: Wawan A. Husna