Melihat Perjalanan Guru Duta Teknologi Kemendikbud Ristek, Andika Faris

Berita, News238 views
Banner Iklan

KABAR MADURA | Guru menjadi salah satu profesi yang paling mulia, sebab mereka merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang senantiasa selalu memberikan pencerahan ilmu bagi generasi bangsa. Hal itu yang senantiasa diyakini oleh Andika Faris yang mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga menjadi Duta Teknologi Kemendikbud Ristek 2023. 

KHOYRUL UMAM SYARIF, PAMEKASAN. 

Perjalanan Faris sebagai guru sebenarnya penuh dengan tantangan, persoalan jatuh bangun sudah pernah dilewatinya, apalagi dia hanya guru biasa sejak mengabdikan diri di dunia pendidikan dari tahun 2007 tersebut.

Namun, baginya selalu percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk mengubah hidup banyak orang, termasuk dirinya sendiri, sehingga menjadi seorang guru merupakan panggilan hatinya untuk bisa berguna untuk masa depan bangsa dan negara. 

Faris yang seharinya mengajar mulai mencari formula untuk merancang inovasi kecil dalam kelas, dengan harapan lebih menarik minat dan motivasi belajar setiap siswa saya. 

“Saya lebih mengadaptasi dengan keadaan saat ini, yaitu teknologi, yang menjadi pintu awal saya untuk berinovasi. Dari coba-coba bikin media pembelajaran interaktif sampai berbagi bersama guru lain di seluruh indonesia, ” ungkap Guru Kelas di SDN Gladak Anyar 2 Pamekasan itu, Senin (25/11/2024). 

Diakui Faris, setelah berbagi ilmu dengan guru lainnya tanpa mengharapkan apapun, kesempatan datang satu per satu kepadanya untuk berbagi lebih luas, mulai membangun komunitas belajar seperti komunitas guru inspiratif dan inovatif (KOGNITIF).

Baca Juga:  Bakal Kecipratan Rp2 Miliar untuk Pembenahan Fasilitas Pelabuhan Raas Sumenep

Serta menjadi bagian dari inspirator praktik, baik Duta Teknologi Kemendikdasmen, menjadi Duta Canva Indonesia dan Global, hingga dipercaya menjadi praktisi mengajar dan pengajar PPG pra jabatan. 

“Tapi bagi saya, prestasi itu bukan soal pengakuan. Itu soal bagaimana saya bisa membawa perubahan positif, terutama di lingkungan terdekat tempat saya tinggal,” ungkap pria dengan prinsip”belajar atau tergantikan”.

Di tengah pendidikan dan teknologi yang terus berkembang, maka menurutnya penting dari setiap individu untuk  terus meng-upgrade diri dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. 

Tentu saja, dukungan keluarga, rekan di sekolah, dan komunitas belajar jadi spirit utama sebagaimana yang dia alami. 

” Kuncinya sih, mungkin dua hal yang perlu coba diterapkan; cinta sama apa yang kita lakukan dan keberanian untuk mencoba dan mewujudkan ide apa yang ada di benak kita,” tegasnya. 

Profesi guru pada dewasa ini memiliki berbagai tantangan yang kompleks, dibandingkan beberapa tahun lalu. Guru sekarang dihadapkan oleh tantangan generasi digital native yang semakin sulit menumbuhkan ketangguhannya, akses teknologi yang belum merata seperti sarana dan prasarana di sekolah, perubahan kebijakan kurikulum yang dinamis, dan akses media sosial yang semakin mempersingkat fokus anak.

Baca Juga:  Mahasiswa UNIBA Madura Aktif Diskusi dengan AHY soal Pendidikan Politik

Berbagai persoalan komplek itu menuntut profesionalisme tinggi dari seorang guru, tentu hal itu tidak akan muncul gitu saja. Ada proses panjang yang harus dilalui, dan itu dimulai dari komitmen terhadap profesi guru ini.

“Kuncinya dengan menghadirkan cinta, belajar terus-menerus, dan berani mencoba hal baru. Kalau kita mencintai apa yang kita lakukan, setiap tantangan apapun akan terasa lebih ringan,” katanya. 

Diceritakannya, pencapaiannya sebagai guru seperti sekarang tidak mudah, sebab banyak sekali tantangan setiap harinya, belum lagi tuntutan waktu, dan kadang rasa capek yang luar biasa. 

Tapi dengan kehadiran istri dan anak-anak yang terus memberikan support untuk terus berkontribusi. 

“Mereka paham bahwa pekerjaan ini bukan sekadar profesi, tapi panggilan hati. Bahkan, ketika saya harus lembur menyelesaikan berbagai amanah yang saya emban atau ketika lagi bepergian keluar kota sampai beberapa hari untuk pelatihan, mereka selalu memberi dukungan penuh, meskipun itu berarti mengorbankan waktu bersama mereka,” terangnya. 

Dia sangat bersyukur atas pengertian keluarga. Sebab apa yang dia lakukan sekarang adalah bagian dari upaya untuk memberikan dampak yang lebih luas, bukan hanya untuk siswa di sekolahnya, tapi juga untuk komunitas yang lebih luas.

“Saya merasa memiliki kekuatan untuk terus berbuat terlebih dengan doa keluarga yang dilangitkan,” urainya. (pin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *