Jurnalis Pamekasan Lakukan Teatrikal Desak Polri Usut Tuntas Tragedi Maut Sempurna Pasaribu

News, Headline145 views

KABAR MADURA | Sejumlah jurnalis di Pamekasan mendesak Kepolisian Republik Indonesia (Polri), untuk segera mengusut tuntas tragedi maut yang merenggut nyawa jurnalis Tribata.tv, Sempurna Pasaribu beserta keluarganya. Desakan terhadap Korp Bhayangkara disampaikan melalui aksi teatrikal di Monumen Arek Lancor, Jumat (5/7/2024).

Orator Jurnalis Pamekasan Bersatu Taufiqur Rahman mengatakan, tragedi kebakaran maut yang merenggut nyawa jurnalis tv beserta keluarga tersebut, diduga ada keterlibatan oknum aparat dalam kasus Sempurna Pasaribu.

Indikasi itu muncul, lantaran tragedi kebakaran rumah Pasaribu, terjadi pasca korban menolak untuk menghapus berita tentang judi yang diduga dibekingi oknum aparat.

Baca Juga:  Kasus Intimidasi Wartawan Naik Penyidikan, Polres Pamekasan segera Gelar Perkara

“Ini dihabisi bukan karena persoalan pribadi. Tapi karena produk jurnalistiknya. Ini cukup membahayakan bagi kita insan jurnalis kalau dibiarkan,” ungkap Taufiq.

Tidak hanya itu, Wartawan Kompas.com itu juga meminta agar segera terbentuk tim investigasi independen untuk mengusut kasus tersebut kepada Dewan Pers. Sebab, kematian jurnalis Semupurna Pasaribu merupakan kasus pembunuhan jurnalis yang paling keji selama ini.

Disebutkan, sejauh ini sudah ada sembilan kasus pembunuhan jurnalis yang terjadi. Dirinya menilai kasus Pasaribu menjadi kasus paling keji, lantaran keluarganya juga menjadi korban dalam rumah yang diduga dibakar di Karo, Sumatera Utara itu.

Baca Juga:  AJP Berbagi Ilmu Jurnalistik dengan Siswa MA Al Falah Sumber Gayam

“Ini kasus yang paling keji terhadap pembunuhan jurnalis. Yang dibunuh tidak hanya melibatkan jurnalisnya, tapi juga melibatkan istri, anak dan cucunya, meninggal di dalam rumah yang terbakar,” tutupnya.

Untuk diketahui, Jurnalis Pamekasan melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan peristiwa kebakaran rumah mendiang Sempurna Pasaribu, yang terbakar pada 27 Juni 2024 lalu.

Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Miftahul Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *