KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Tingkat pengangguran di Pamekasan tahun ini mengalami peningkatan 0,34 dibanding tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peningkatannya mencapai 1,74 persen. Sementara di tahun 2022 mencapai 1,40 persen.
Rata-rata, pengangguran itu didominasi dari lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan lulusan perguruan tinggi, atau di usia 15 hingga 24 tahun. Sementara pekerjaan yang mendominasi adalah sektor pertanian 50,23 persen, jasa 29,11 persen, dan manufaktur 10,65 persen.
“Yang dimaksud pengangguran ini adalah mereka yang sedang mencari kerja, atau sedang menyiapkan usahanya sendiri, dan bahkan sudah diterima kerja tapi belum kerja. Artinya, mereka bergerak, karena mereka masuk pada kategori angkatan kerja yang pengangguran. Kalau yang masih sekolah atau ibu rumah tangga dan lansia yang memang tidak melakukan apa-apa, mereka bukan pengangguran tapi masuk pada kategori bukan angkatan kerja,” jelas Kepala BPS Pamekasan Anwar, Selasa (21/11/2023).
Sementara itu, Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Ketenagakerjaan (Diskop UKM dan Naker) Pamekasan Muttaqin mengatakan, meningkatnya pengangguran yang didominasi lulusan SMA dan perguruan tinggi itu dimungkinkan sedang menunggu mendapatkan pekerjaan yang tepat dan dalam proses peralihan pekerjaan lain.
Untuk tahun depan, pihaknya telah merancang kegiatan yang bisa menyerap tenaga kerja baru. Seperti pelatihan keterampilan kerja, job fair, dan transmigrasi serta lainnya. Kegiatan itu sebagai pengganti dari program wirausaha baru (WUB) yang akan ditiadakan. Namun, dalam realisasinya cukup terbatas, utamanya dalam kuantitas peserta yang akan diikutsertakan dalam pelatihan. Hal itu dikarenakan anggaran yang tersedia terbatas.
“Pelatihan kompetensi tidak jauh berbeda dengan tahun ini, hanya saja kuantitas pesertanya lebih sedikit. Karena anggaran sangat terbatas. Semoga dengan kegiatan seperti pelatihan dan job fair itu bisa menyerap tenaga kerja baru,” paparnya.
Terpisah, Dwiki Hendrawan (24) mengatakan, meski dalam mencari kerja cukup sulit, dirinya cukup selektif dalam memilih pekerjaan. Hal tersebut untuk menghindari sistem kerja yang tidak baik. Menurutnya, ia lebih memilih membuka usaha secara mandiri.
“Lulus bulan Agustus kemarin, hingga saat ini belum memiliki pekerjaan tetap. Karena saya merasa loker yang ada, tidak saya minati. Jika harus memilih, lebih baik buka usaha sendiri daripada harus kerja ke orang lain, asal ada modal,” ungkap pria asal Polagan itu.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Wawan A. Husna