KLGB Kampanyekan Gemar Baca dengan Selfie bersama Buku di Taman Baca

Berita, News31 views

KABAR MADURA | Di tengah perkembangan zaman dengan berbagai tambahan tantangannya, literasi mendapatkan ujian yang berat. Buku sudah jarang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang runut, luas, dan mendalam. Namun, Komunitas Literasi Ghaik Bintang (KLGB) berupaya menantang ujian itu.

MOH. RAZIN, SUMENEP

Komunitas literasi di Sumenep ini masih memiliki harapan untuk menumbuhkan minat literasi khusus untuk generasi muda, utamanya di Sumenep. Meski di era digitalisasi, akses bacaan sudah sangat mudah, namun tetap mencoba agar buku tetap jadi sumber bacaan utama.

Sebagai upaya menghadapi tantangan itu, salah satu member KLGB Sumenep, Moh Syahri, mengatakan bahwa komitmen untuk terus kampanyekan gemar membaca buku dilakukan dengan menjalin silaturahmi dengan para pegiat literasi dan beberapa toko buku di Sumenep.

“Saya sering menggandeng anak-anak muda yang memiliki semangat tinggi, kami lakukan silaturahmi untuk menumbuhkan literasi di Sumenep,” kata dia.

Baca Juga:  Realisasi Investasi di Pamekasan Meningkat, Legislatif Ingatkan Kestabilan Kemudahan Perizinan

Negara dinilai masih abu-abu soal penguatan literasi. Dukungannya sebatas di atas panggung. Bahkan, cenderung mangkir dalam melindungi industri perbukuan, terutama penerbit-penerbit kecil dan para penulis yang  tidak berdaya menghadapi masifnya pembajakan buku.

Setidaknya, kata Syahri, yang diperlukan adalah perlindungan ekonomi dan meyakinkan semua yang ada di industri buku bahwa hak-haknya tidak dirampok.

Di tengah minimnya dukungan dalam membangun  iklim intelektualitas, komunitas ini hadir dengan visi dan misi yang cukup menjanjikan untuk masa depan anak-anak bangsa di pelosok desa.

Langkah yang diambil di antaranya adalah bagian dari upaya untuk merespon absennya negara dalam membangun iklim intelektualitas dan merespon merosotnya budaya literasi pada masyarakat secara umum.

Baca Juga:  Pengungsi Korban Banjir di Pamekasan Mulai Kembali Tempati Rumahnya

“Tren masyarakat kita hari ini lebih cenderung membaca informasi digital di internet daripada membaca buku dalam usaha memperoleh pengetahuan yang runut, luas, dan mendalam,” imbuhnya.

Dia juga menaruh kekhawatiran pada anak muda menjadi generasi yang dangkal. Tanda-tandanya biasanya cepat merasa pintar, mudah menstigmatisasi, cepat terpengaruh rumor, cenderung sikap eksklusif, dan yang paling berbahaya hilangnya keseimbangan emosional.

“Kami juga bisa ngobrol untuk mematahkan stigma, menguji asumsi, atau sekadar belajar hal-hal yang tidak diketahui. Usaha untuk membuat orang jatuh cinta pada membaca buku,” lanjutnya.

Menurutnya, ada banyak cara untuk kampanyekan dunia literasi, salah satunya selfie dengan buku. Selfie di taman baca atau di tempat komunitas literasi juga dinilai bukan hal yang buruk, karena sebagai bentuk kampanye agar gemar terhadap buku bacaan. (waw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *