Oleh: Fujiono
Mahasiswa Program Doktor, Ilmu Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Semarang.
Kemajuan teknologi artificial intelligence (AI), khususnya ChatGPT, telah menghadirkan revolusi pembelajaran terutama dalam studi bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL). ChatGPT telah menawarkan berbagai manfaat, termasuk memberikan umpan balik, meningkatkan motivasi belajar, dan membantu struktur penulisan serta ide pengembangan dalam tugas akademik. Berbagai hasil riset mengungkapkan bahwa teknologi ini terbukti meningkatkan keterampilan menulis dan motivasi belajar siswa.
Integrasi ChatGPT dalam pendidikan menyoroti peran gandanya sebagai alat pembelajaran transformatif. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, ChatGPT merevolusi pembelajaran bahasa dengan meningkatkan keterlibatan siswa dan kemahiran menulis. Di Jepang, siswa juga menggunakan alat bantu AI seperti ChatGPT untuk meningkatkan keterlibatan kognitif dan kolaborasi sosiokultural mereka selama mengerjakan tugas menulis. Hal ini menunjukkan integrasi yang seimbang di mana AI bertindak sebagai pelengkap didalam metode pembelajaran tradisional.
ChatGPT juga memiliki peran yang besar di luar kelas formal, termasuk dalam konteks pembelajaran bahasa secara informal. Teknologi ini menjadi tutor virtual yang memungkinkan siswa belajar kapan saja dan di mana saja, serta dapat memperluas akses mengenai pembelajaran bahasa Inggris yang berkualitas. Namun, untuk mencapai manfaat maksimal, penting bagi guru untuk berperan sebagai pembimbing yang memastikan siswa memahami batasan teknologi ini dan tetap fokus pada pembelajaran berbasis manusia.
Penggunaan ChatGPT tidak luput dari tantangan. Salah satunya adalah potensi ketergantungan berlebihan yang dapat menghambat pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kemandirian belajar siswa. Selain itu, isu etika seperti plagiarisme dan keaslian tulisan siswa menjadi perhatian penting dalam konteks akademik. Dengan demikian, integrasi ChatGPT dalam pendidikan memerlukan kebijakan yang jelas untuk memastikan penggunaannya berjalan secara etis dan efektif.
Untuk mengurangi ketergantungan siswa terhadap ChatGPT, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan pelatihan khusus bagi para pendidik. Salah satu langkah penting adalah membekali guru dengan keterampilan untuk merancang tugas yang mendorong pemikiran kritis dan analisis mendalam yang tidak dapat sepenuhnya dijawab oleh teknologi AI, sehingga peran utama guru tidak dapat digantikan dengan kehadiran AI seperti ChatGPT.
Secara keseluruhan, ChatGPT merupakan salah satu alat transformasional dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dengan pendekatan yang seimbang dan terintegrasi, teknologi ini memiliki potensi untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris, motivasi belajar, dan pengalaman siswa secara keseluruhan. Namun, keberhasilannya sangat tergantung pada kesadaran etis, pendampingan guru, serta kebijakan pendidikan yang mendukung pengembangan keterampilan siswa di abad ke-21 ini.
*Penulis merupakan salah satu Mahasiswa Program Doktoral dalam Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Semarang.