KABAR MADURA | Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pamekasan Al Anwari memilih tidak sejalan dengan partainya dalam mendukung pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Pamekasan 2024.
Mantan anggota DPRD itu memilih mendukung pasangan KH. Muhammad Baqir Aminatullah dan Taufadi atau yang dikenal dengan pasangan Berbakti. Sementara PKS sendiri mengusung pasangan lain, yakni paslon RB. Fattah Jasin dan RP. Ahmad Mujahid Ansori.
Al Anwari menegaskan, pasangan Berbakti adalah yang terbaik daripada pasangan baik lainnya. Sebab, menurutnya, Ra Baqir merupakan representasi dari seluruh lapisan masyarakat, baik golongan kiai hingga golongan pemuda. Hal itu sangat pas dengan keinginan masyarakat yang menghendaki sosok pemimpin muda.
“Jadi saya melihat Ra Baqir sudah komplit untuk kepentingan masyarakat Pamekasan. Kemudian, saya juga tahu persis sepak terjang beliau, kalau misalkan ingin memberikan masukan, enggak sulit kepada Ra Baqir, selama itu untuk kebaikan,” jelasnya kepada Kabar Madura, Senin (16/9/2024).
Saat disinggung perihal dukungan yang berseberangan dengan partai yang membesarkan namanya, Al Anwari menyebut, beda pilihan itu sudah hal biasa. Pilihan itu tergantung selera masing-masing. Dia mengaku sudah pamit baik-baik kepada pimpinan partainya soal dukungannya terhadap pasangan Berbakti.
“Saya sudah sampaikan baik-baik, tapi maaf saya harus berbeda dalam hal ini. Itu kan sesuatu yang biasa. Kalau menurut saya, tegak lurus itu dengan nilai-nilai kebenaran dan nilai-nilai kemuliaan, bukan saya membuang PKS dan mencaci maki PKS, itu pantangan saya,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Pamekasan Mohammad Alim mengutarakan, setiap kader partai harus tegak lurus atas keputusan partai. Apabila tidak searah dengan keputusan partai, maka secara otomatis akan dipecat sebagai anggota partai.
Akan tetapi, kata Alim, mengenai Al Anwari yang berbelok dukungan pada Pilkada Pamekasan 2024, pihaknya masih belum mengambil keputusan resmi.
“Partai itu tegak lurus, kalau tidak ikut atas keputusan partai nanti dikeluarkan. Biasa, itu (keputusan) pribadi, kecewa karena tidak jadi wakil bupati,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Alim menambahkan, persoalan Al Anwari tidak mendukung paslon yang direkomendasi PKS, yakni pasangan Fattah Jasin dan Mujahid Ansori (Tauhid), itu tidak masalah.
“Kalau sudah berbuat begitu (mendukung paslon Berbakti), berarti sudah tidak manut lagi sama kami, ” imbuhnya.
Sedangkan Pengamat Politik Universitas Madura (Unira), Sukron Ma’mun, menilai terpecahnya dukungan kader partai sudah lumrah terjadi di setiap momentum pemilihan. Namun, yang perlu digarisbawahi, perbedaan dukungan itu bisa berdampak terhadap berkurangnya dukungan di tataran akar rumput. Apalagi, kader yang membelot tersebut memiliki suara yang cukup dominan di masyarakat.
“Setiap kader parpol pasti memiliki basis dukungan, tetapi apakah suara kader itu dominan atau tidak. Yang perlu diperhatikan dukungan dari tokoh-tokoh yang berpengaruh secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi perolehan suara. Tetapi perolehan cukup signifikan atau tidak itu tergantung lagi, sebab dalam peta politik dinamika perubahannya cukup dinamis,” paparnya. (rul/zul)