Catatan Rindu dari Makkah: Ziaroh Ke Kota Tha’if

Opini73 views

Oleh: Taufik Hasyim

Tha’if adalah kota di Provinsi Mekkah, tepatnya di lereng Pegunungan Sarawat. Setiap musim panas, Pemerintahan Saudi pindah dari panasnya Riyadh ke Ta’if. Hawanya sejuk, layaknya seperti udara di Puncak Pas, Bogor, Jawa Barat atau di Tretes, Jawa Timur. Kesejukan kota Thaif banyak digunakan sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata di musim panas. Bahkan para raja dan kerabatnya banyak membangun tempat-tempat peristirahatan di kawasan ini. Sehingga Thaif juga mendapat julukan Qaryah Al Mulk atau Desa Para Raja.
Menurut hemat penulis, ada beberapa catatan tentang kota tha’if ini, Sbb:

1). Di Tha’if ada makam Sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas atau yg dikenal Ibnu Abbas, putra dari Abbas bin Abdul Muthollib yang tak lain paman Nabi. Ini berarti Abdullah bin Abbas adalah sepupu Rasulullah SAW. Beliau seorang yg pintar, cerdas dan dikenal ahli tafsir. Maka tak heran jika para sahabat menjadikannya sebagai rujukan hukum ketika terjadi perbedaan pendapat pasca wafatnya Nabi SAW.

2). Untuk mengenang perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berjuang menyebar Islam, di mana Tha’if menjadi saksi sejarah perjuangan Islam, Thaif dalam sejarah awal perjuangan Rasulullah Muhammad SAW memang sangat pahit.
Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah, (dua orang ini yang disegani oleh kaum kafir qurais), membuat nereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Nabi datang ke Tha’if dengan harapan bisa diterima dan penduduknya memeluk Islam, namun realitanya berbeda. Saat Rasulullah ingin mencari suaka ke Tha’if, yang didapat bukannya perlindungan melainkan hinaan, cacian bahkan lemparan batu.
Penduduk Tha’if yang dikenal dengan “Bani Tsaqif” melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Demikian juga Zaid bin Haritsah (sahabt yg menemani Nabi) juga kepalanya terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.
Saat Nabi terluka dalam lindungan Zaid, bekiau berkata: lalu aku angkat kepalaku, dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“
“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Tuhan-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” namun Rasululkah melarangnya laku berkata: “tidak, justru aku ingin semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

Dan betul, anak cucu kaum Tha’if ini menjadi pemeluk Islam hingga saat ini.

Baca Juga:  Guru Besar di Bawah Cengkeraman Jurnal Predator

3). Ada Pohon Zaqqum yang tumbuh di antara perbukitan di tha’if. Jika diperhatikan pohon yang ditumbuhi duri-duri yang besar dan tajam ini adalah pohon yg disebut dalam Al Qur’an surah Al Waqi’ah ayat 52-56 tentang keberadaan pohon zaqqum. Di dalam ayat itu disebutkan bahwa para penghuni neraka kelak akan diberikan makanan dari pohon zaqqum yang pahit dan berduri ini.

4). Ada salah satu riwayat yang menyatakan bahwa pada saat Nabi sedang shalat malam dalam perjalanan pulang dari Tha’if ke Makkah, ada kumpulan jin yang melihat dan mendengarkan bacaan Qur’an Nabi dalam shalat.
Pada tengah malam, Nabi SAW bangun dan menunaikan shalat. Pada saat itu, ada tujuh Jin di sekitarnya dan mendengar ayat Al-Quran yang dibacakan Rasulullah. Selesai shalat, semua jin itu kembali kepada kaumnya dan menyampaikan apa yang didengarnya. Kisah jin ini diceritakan Allah di dalam Al-Quran:

Baca Juga:  Dinamika Pilkada di Madura dan Harapan Pasca Pilkada

“Dan (ingatlah) peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika Kami menghalau satu rombongan jin datang kepadamu (wahai Muhammad) untuk mendengarkan Al-Quran; setelah mereka menghadiri bacaannya, berkatalah (setengahnya kepada yang lain): “Diamlah kamu dengan setengah-bulat ingatan untuk mendengarnya!” Kemudian setelah selesai membaca itu, kembalilah mereka kepada kaumnya (menyiarkan ajaran Al-Quran itu dengan) memberi peringatan dan amaran.
Mereka berkata: “Wahai kalian kami! Sesungguhnya kami telah mendengar Kitab (Al-Quran) yang diturunkan (oleh Allah) sesudah Nabi Musa, yang menegaskan kebenaran Kitab-kitab Suci yang terdahulunya, lagi-lagi, membimbing kepada kebenaran (tauhid) dan ke jalan yang lurus (agama Islam).”(QS. Al Ahqaf 46:29-30)

5). Kota Tha’if dekat dengan Qabilah/Suku Bani Sa’ad, yaitu suku tempat tinggalnya Halimatus Sa’diyah, seorang perempuan yang menyusui Nabi Muhammad SAW saat kecil.

Selain lima hal di atas, di Tha’if juga ada kereta gantung, ada perkebunan, ada bibit parfum dan minyak wangi, sembari menikmati indahnya perjalanan berliku dan pemandangan indah nan hijau di tengah gurun padang pasir, ada juga ternak unta serta pulangnya bisa mengambil miqot untuk niat umroh dari Qarnul Manazil.

Selamat berkunjung ke kota Tha’if.

Salam rindu dari Makkah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *