KABAR MADURA | Capaian pendapatan asli daerah (PAD) sektor pariwisata di Pamekasan masih di bawah 50 persen. Per November, PAD yang diperoleh hanya 33,49 persen dari target Rp100 juta, atau sekitar Rp33.493.300.
Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Pamekasan Moh. Zahrie mengatakan, lambatnya capaian PAD itu lantaran targetnya terlampau tinggi. Apalagi, pemeliharaan destinasi wisata tidak ditunjang dengan adanya anggaran yang memadai. Sehingga mengakibatkan kondisi destinasi wisata kurang menarik dan sepi pengunjung.
“Untuk target 2025 tidak ada penurunan, tetap di angka Rp100 juta. Karena itu untuk memotivasi peningkatan capaian PAD selanjutnya,” ujarnya, Rabu (11/12/2024).
Zahri menjelaskan, dalam peningkatan PAD dibutuhkan anggaran yang cukup untuk anggaran pemeliharaan fisik destinasi wisata. Apabila pemeliharaan maksimal, maka secara otomatis akan ada peningkatan pengunjung.
Selama ini, menurut Zahrie, pihaknya hanya mendapatkan alokasi pemeliharaan Rp75 juta untuk tiga destinasi yang dikelolanya, yakni Pantai Talang Siring, Pantai Jumiang, dan Ekowisata Mangrove Lembung.
“Selama anggarannya tetap segitu, kami tidak akan menambah destinasi wisata yang akan dikelola pemkab,” jelas Zahri.
Sementara itu, Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan Halili menegaskan, prospek pariwisata di Pamekasan memang kurang menggembirakan. Pihaknya mengaku, kendala utamanya adalah anggaran yang minim.
Oleh karena itu, kata Halili, dinas terkait harus mencari alternatif lain masalah pendanaan, salah satunya mengupayakan ke pusat ataupun ke provinsi. Sebab, jika hanya mengandalkan anggaran dari daerah, maka tidak mungkin tercukupi.
“Jika wisatanya maju, akan berdampak ke sektor lain, seperti UMKM, hotel, dan lainnya. Tentu pendapatan ke daerah juga meningkat. Jadi wisata ini memang harus diseriusi,” ungkapnya. (nur/zul)