KABAR MADURA | Pengamat politik Sumenep, Mohammad Hidayaturrahman, menilai bahwa kedua pasangan calon (paslon) Pilkada Sumenep dinilai sama-sama kuat, sehingga harus merebut suara alternatif.
Yang dapat diperebutkan oleh kedua paslon, kata Hidayaturrahman, adalah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voter) dan pemilih yang kemungkinan masih akan mengalihkan pilihan (swing voter).
“Dalam setiap kontestasi politik, biasanya jumlah mereka cukup besar, bisa mencapai 40 persen. Ada banyak faktor yang membuat kelompok ini memilih paslon, yang paling besar adalah faktor politik uang atau kasus hukum dan moral,” kata dia.
Bila keduanya tidak ada, maka faktor ketiga yang akan mempengaruhi pilihan kelompok ini, yaitu politik uang. Kandidat atau tim yang memiliki kemampuan untuk memobilisasi pemilih lewat politik uang yang akan mendapat dukungan besar dari kelompok pemilih ini. Bila tidak ada ketiganya, kemungkinan kelompok pemilih ini akan golput.
Menurutnya, kedua paslon mempunyai basis massa yang tidak jauh berbeda, paslon nomor urut 1 punya basis massa solid di kalangan santri, alumni, dan wali murid pesantren, terutama alumni Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk dan Ahlussunnah wal Jamaah Ambunten, serta pesantren lain yang mempunyai kedekatan emosional.
Selain itu, basis massa pemilih loyal juga bisa berasal dari pengurus, kader, simpatisan dan pemilih partai pengusung, terutama PPP sebagai partai yang dipimpin oleh calon bupatinya. Namun dirinya belum melihat pergerakan masif dari mesin PPP untuk pasangan nomor urut 1 untuk pemenangan. Kalaupun ada, mungkin belum massif.
Potensi ketiga adalah pemilih yang tidak suka atau kecewa dengan kinerja bupati yang saat ini menjabat. Meski tidak otomatis ke calon nomor 1, bisa jadi golput. Bila mereka yang tidak suka dan kecewa dengan kinerja pemerintah yang dipimpin oleh petahana, tegas Hidayaturrahman, maka bisa jadi itu potensi untuk mendapatkan dukungan.
“Hanya pekerjaan rumahnya adalah, bagaimana calon dan tim pemenangan mengkonsolidasikan pemilih yang tidak dan kecewa itu menjadi suara, itu salah satu pekerjaan tidak mudah,” imbuhnya.
Sementara calon nomor urut 02 juga punya potensi besar, terutama dari aspek dukungan partai politik pengusung, mesin partai yang memberangkatkan kadernya sebagai calon dan wakilnya, terutama PDIP dan PKB.
Jika mesin kedua partai itu saja bergerak secara masif, maka bisa menjadi modal besar bagi kemenangan pasangan nomor 02. Hanya saja sejauh ini juga belum terlihat gerakan masif dari mesin pemenangan kedua partai atau partai lain, yang tampak bekerja di lapangan adalah simpatisan dan relawan pendukung.
Selain itu, sebagai petahana nomor 02 memiliki potensi didukung oleh birokrasi, diminta atau tidak, ada banyak faktor yang akan membuat birokrasi dan ASN di lingkungan Pemerintah Sumenep dalam mendukung petahana.
Di antaranya sejauh ini petahana tidak memiliki catatan buruk kebijakan yang membuat birokrasi. Sehingga kemungkinan besar tetap cenderung mendukung petahana.
“Budaya politik Indonesia termasuk Madura masih banyak yang paternalistik, sehingga birokrasi memiliki kecenderungan mendukung petahana. Bila birokrasi yang simpati tadi bergerak mengajak keluarga dan orang dekat apalagi masyarakat umum, itu akan menjadi potensi besar untuk memperbesar kemenangan petahana,” pungkasnya. (ara/waw)