Pengamat: Kemungkinan Cegah Bumbung Kosong di Pilkada Sumenep Masih Terbuka

Pilkada57 views
Banner Iklan

KABAR MADURA | Meski publik sempat digegerkan dengan keluarnya rekomendasi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan yang potensial terjadi bumbung kosong dalam pilkada Sumenep, namun masih ada yang meyakini ada kemungkinan lain yang masih bisa terjadi.

Rekomendasi PDI Perjuangan yang cukup mengagetkan itu lantaran memasangkan Achmad Fauzi Wongsojudo dengan KH Imam Hasyim yang merupakan ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumenep. Bahkan sudah beberapa partai politik (parpol) yang merapat ke petahana bupati ini.

Kemungkinan lain yang masih bisa terjadi itu, menurut pengamat politik Mohammad Hidayaturrahman, masih ada tiga parpol yang belum menyatakan dukungan ke Achmad Fauzi Wongsojudo, yakni Partai NasDem, PPP dan Partai Gerindra. Partai-partai tersebut memenuhi persyaratan untuk mengikuti kontes Pilkada Sumenep 2024.

Baca Juga:  Partai Gerindra Pamekasan hanya Terima 1 Pendaftar di Masa Perpanjangan Penjaringan Bacalon Peserta Pilkada

Hidayaturrahman menambahkan, jika koalisi partai besar seperti PDIP-PKB  terjadi, dan ditambah dukungan parpol lain, maka banyak yang berasumsi Pilkada Sumenep sudah selesai.

“Memang pilkada di Sumenep berpotensi mengarah kepada calon tunggal, tapi dalam dunia politik kemungkinan-kemungkinan lain bisa terjadi,” kata dia.

Dia menilai, jika pilihan bumbung kosong itu terjadi di Kota Keris ini, maka itu merupakan pilihan yang berat dalam sejarah Pilkada Sumenep. Namun dinilai kurang baik merespon sistem demokrasi dalam menentukan sebuah pemimpin.

Dosen FISIP Universitas Wiraraja Madura (Unija) ini melanjutkan, saat ini tinggal menunggu sikap politik dari PPP, Partai Nasdem, Partai Gerindra dan partai sisa lainnya yang belum mengarahkan dukungan pada Achmad Fauzi Wongsojudo.

Baca Juga:  Faktor Ketokohan Pasangan Final Cukup Berat Ditumbangkan

“Kurang bersahabat, karena demokrasi itu kan seni berbeda tapi tetap menghormati perbedaan. Kalau tidak ada calon lain tidak ada perbedaan,” imbuhnya.

Dijelaskan, dalam sejarah pilkada kabupaten paling timur Pulau Madura ini, selalu ada pasangan calon yang bersaing dan bahkan pernah sempat sampai lima pasang lebih tahun 2010.

Bahkan, saat ada dua pasangan calon, perolehan masing-masing pasangan calon selisih sedikit hanya sekira 10 ribu suara.

Pewarta: Moh. Razin

Redaktur: Wawan A. Husna

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *