Cara Three Five Peduli Lingkungan, Sulap Sampah Busuk Jadi Pupuk

News27 views
Banner Iklan

KABAR MADURA | Kehadiran Three Five di Pamekasan seolah menjadi solusi dalam menekan tumpukan sampah sekitar yang tidak terkelola. Pasalnya, komunitas yang bergerak di lingkungan ini bisa memanfaatkan sampah busuk menjadi sesuatu yang berguna dan bahkan sebagai sumber penghasilan.

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN

Three Five berdiri sejak 2022 bertepatan dengan Hari Peringatan Sampah Nasional. Terbentuknya komunitas ini dilatarbelakangi dari sampah yang dibiarkan berserakan begitu saja. Padahal, sampah-sampah itu bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat, salah satunya menjadi pupuk tanaman.

Inisiator Three Five Muhammad Furqan Azmi mengatakan, pihaknya mengumpulkan sampah-sampah yang ada di pasar, tempat makan, dan beberapa tempat lainnya. Jenis sampahnya bermacam, mulai dari sampah plastik hingga sampah makanan yang telah busuk.

Baca Juga:  Pasangan Berbakti Andalkan Program Pamekasan Gesit 

Menurut Furqan, sampah makanan yang telah busuk itu selain bisa menjadi makanan maggot sekaligus juga bisa diolah menjadi pupuk tanaman (kasgot). Pupuk kemudian dibagikan ke masyarakat dan ada pula yang dijual.

“Kalau yang sampah plastik kami jadikan bioponik, seperti wadah bibit cabai, tomat, rosela, dan mint. Produk sampah itu kami bagikan dan tawarkan juga, barangkali ada yang minat untuk membelinya,” jelasnya, Minggu (21/1/2023).

Dia menegaskan, proses pupuk maggot itu berasal dari sampah busuk yang telah kering setelah sebelumnya dihidap oleh maggot. Sementara maggot sendiri merupakan pakan ternak yang memiliki gizi tinggi.

Baca Juga:  Tanpa Tambahan, Diskop UKM dan Naker Pamekasan Manfaatkan Sisa Dagulir

Furqan menargetkan, ke depan komunitasnya ini akan menyasar sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pengelolaan sampah. Hal itu bertujuan agar sampah-sampah di sekitar lebih terkelola dan bermanfaat.

“Kami menjalin kerjasama dengan restoran, karena untuk pengambilan sampah makanan agak susah sebenarnya. Mereka takut dikira akan ada penilaian. Padahal, kami murni untuk ambil limbah makanan yang tersisa ataupun bahan makanan yang tidak terpakai,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *